TEMAN GAK ADA AKHLAK Cerpen keseharian

 Bungkus Bang! 

Part 1

#kbm_cerbung

"Ran, kita jalan yuk!," ajak Minah pada Rani. 

"Jalan kemana Min?" Jawab Rani, seraya mengernyitkan dahinya. 

"Itu tuh, ke tempat makan yang lagi viral" tukas Minah. 

"Yang dimana ya?" Tanya Rani. 

"Huh, kudet, Kamu!". Ejek Minah. 

"Lah emang kamu kapan pernah kesana?" Tanya Rani lagi. 

"Belum sih, cuma lihat di Medsos lagi viral-viralnya, tempatnya enak kayanya" terang Minah, seolah promosi. 

"Huh!, bisa aja ngatain aku kudet, sendirinya belum kesana" protes Rani. 

"Haaa...kan, makanya aku ngajak kamu" seloroh Minah. 

"Ya udah!, kamu aja duluan kesana, nanti kalau memang tempatnya dan makanannya enak, aku kesana" cetus Rani. 

"Gak, ah. Aku maunya sama kamu" ujar Minah. "Biar ada yang traktir" bathin Minah, sambil mesem-mesem. 

"Kenapa kamu mesem-mesem?" Tanya Rani, seolah terlihat aneh. 

"Gak, haaaa" jawab minah pendek sambil tertawa jahat. Seperti ada sesuatu yang di rencanakan. 

"Ayo dong Ran, kita kesana" bujuk Minah, setengah merajuk. 

"Ya udah Minggu besok ya. Nanti kamu duluan kesana, kalau sudah sampai share lokasinya biar aku nyusul" cetus Rani, menyetujuinya. 

"Oke!" Seru Minah, seraya terlihat girang. 

*** 

"Ran, aku sudah sampai nih" tukas Minah melalui pesan Aplikasi hijau. 

"Oh, ya udah! Kirim ke aku lokasinya. Aku juga sudah di jalan kok. Kamu pesan aja dulu tempatnya" pinta Rani. 

"Oke" balas Minah singkat. 

*** 

Selang beberapa lama kemudian, Rani sudah sampai ke tempat dimana Minah berada. Tampak Minah bersama Suami, kelima anak dan dua keponakannya. 

"Hai, kok berdua aja Ran?" Tanya Minah, basa-basi. 

"Iya nih, sengaja tadinya biar bisa romantis-romantisan" seloroh Rani sambil tersenyum simpul. 

*** 

Minah dan keluarganya tampak lahap sekali menikmati hidangan yang tersaji. Seolah baru kali ini menemukan makanan yang enak dan lezat. 

Usai menikmati hidangan, mereka menyempatkan diri berbincang, seraya menikmati makanan penutup. 

Di sela-sela obrolan, Minah memanggil pelayan, seraya menanyakan berapa total yang harus di bayar. 

"Semuanya Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu" terang pelayan sambil menyodorkan bon pada Minah. 

Tiba-tiba, Minah menghampiri Rani dan mendekatkan bibirnya ke telinga temannya itu, seraya berbisik. "Ran! kamu yang bayar kan?" 

Seketika Rani berubah raut wajahnya menandakan ada sesuatu yang kurang berkenan di hati. Namun tak kuasa, Rani untuk mengungkapkannya. Padahal seringkali hal seperti ini dialaminya saat jalan bareng dengan Minah dan Keluarganya. 

Seperti tak punya alasan untuk menolak, Rani mengiyakan saja permintaan Minah. 

"Iya Aku yang bayarin" ucap Rani pelan. 

*** 

Selesai makan, Rani menghampiri Minah setengah berbisik. 

"Min, Aku duluan ya" ujar Rani pamit undur diri. 

"Kok buru-buru amat Ran?" jawab Minah. 

"Iya nih, Suamiku ada acara lagi nanti sore bareng Teman Kantornya" jawab Rani beralasan. 

"Oh gitu ya! Hem... Ran!, terimakasih ya," ucap Minah sedikit berbisik. 

"Iya, sama-sama. Kami duluan ya," pamit Rani pada Minah dan Keluarganya. 

*** 

Setelah Rani dan Suaminya pergi, Minah, kembali memanggil Pelayan. 

"Abang, ini makanan yang masih utuh dan masih sisa minta tolong di bungkusin ya!" pinta Minah pada Pelayan. 

"Siap! Ibu," jawab Pelayan singkat. 

"Lumayan...buat makan nanti malam," bathin Minah. 

---------------------------------------------------------------------- 

BACA JUGA : 

Pembalasan

Part 2

#kbm_cerbung

Pembalasan Rani 

Sejak kejadian hari itu, Rani sedikit menghindar dari Minah. Sepertinya sudah mulai ada perasaan jenuh berteman dekat dengan Minah, yang seolah selalu mengerjainya. 

Entah keberapa kali, Rani selalu di buat tak berdaya oleh Minah. Yang acapkali mengajak acara makan bareng Keluarga, selalu minta di bayarkan olehnya. 

Atau saat Minah main ke Rumah Rani, ingin selalu ada yang bisa di bawanya pulang. Seperti tak punya rasa empati, apa yang menurutnya menarik, selalu merengek berusaha memintanya. 

Namun itulah Minah, teman gak ada akhlak. Tak pernah punya perasaan segan pada siapapun yang dekat dengannya, terlebih lagi pada Rani dan Suaminya. Pasutri baik hati nan mapan dalam hal ekonomi, namun belum juga di karuniai keturunan di dua tahun pernikahan mereka. 

*** 

Seakan tanpa beban, Minah kembali mengajak Rani untuk mengadakan acara makan bareng Keluarganya. 

"Ran nih liat banyak tempat makan baru loh!" Seru minah sambil menyodorkan gawainya penuh antusias. 

"Kamu ya!, Kalau urusan makan selalu terdepan. Giliran..." protes Rani, seraya kalimatnya terputus. 

"Alamat minta di bayarin lagi ini sih," bathin Rani. 

"Giliran apa? Yeeee..." tanya Minah, sedikit memerah mukanya, seolah tahu isi hati Rani. 

"Mmmmmh...ya udah! kapan? Kamu maunya, besok?" tanya Rani, mengisyaratkan setuju. 

"Yang bener?" Minah balik tanya untuk meyakinkan. 

"Iya!" jawab Rani singkat. 

"Asyiiik..., Besok ya!" Seru Minah, seraya terlihat riang. 

"Seperti biasa ya, kamu duluan dan setelah sampai di share lokasinya," Rani meyakinkan. 

"Siap!" 

*** 

"Ran, aku sudah sampai nih!" Minah mengirim pesan, melalui aplikasi hijaunya. 

"Kamu sudah sampai mana?" Sambungnya. 

"Udah jalan kok tunggu aja" balas Rani, singkat. 

"Oke!" Balas Minah, seraya meletakan kembali handphonenya. 

Seperti biasa Minah datang bukan hanya bersama Suami, namun membawa rombongan. (Seperti mau bedol Desa hee). 

Tak lama seorang pelayan menghampiri tempat Minah berada. 

"Permisi Ibu, Bapak silahkan di pilih menunya" kata seorang pelayan sambil menyodorkan daftar menu. Lantas, Minah menawarkan pada 'Rombongannya' untuk memesan apa saja yang mereka mau. Kontan saja, semuanya antusias. 

*** 

Sementara Rani, tampak sedang asyik menonton Sinetron "Kumenangis" dirumahnya. Seraya menikmati kebersamaan dengan suaminya. 

"Ting!" Bunyi pesan di handphonenya. 

"Ran kamu sudah sampai mana?" tanya Minah melalui pesan aplikasi hijau. 

"Bentar lagi sampai kok" balas Rani, seolah sedang dalam perjalanan. 

"Oke" balas Minah singkat. Dirinya tak menyadari jika, kali ini sedang di kerjain temannya. 

*** 

Pesanan makan sudah tersaji semua di meja dan siap untuk di santap. Namun anehnya, Rani tak kunjung datang. 

"Ting!" Tiba-tiba ada pesan masuk dari Rani. 

"Maaf Min. Mobilku mogok sepertinya tidak bisa kesitu" isi pesan dari Rani, seketika mengagetkan Minah. 

"Lah! terus ini bagaimana, aku sudah pesan makanan segini banyaknya?" balas minah dengan emot sedih. 

Sementara yang lain sudah mulai menikmati makanan, Minah tampak lesu tak bersemangat. 

"Ran!, tolongin aku please...!" pinta Minah memohon dengan emot tambah sedih. 

Rani tak menghiraukan pesan masuk dari Minah, seraya meletakan handphonenya di meja. Dengan santai, sambil selonjoran menikmati acara TV. "Kumenangiiiisss..." 

*** 

"Mih! Tante Rani baik ya sering banget traktir kita makan," tukas Mimin anak sulung Minah, membuka pembicaraan di sela-sela menikmati makanannya. Karena Mimin merasa, ada yang sedikit aneh dari sikap Mamanya. Mimin heran tiba-tiba Ibunya tampak murung, tidak seperti biasanya. Bahkan saat yang lain asyik menikmati hidangan yang di pesannya, Minah lebih banyak diam hanya sesekali menyeruput juice tanpa sedikitpun mencolek makanan di depannya. 

"Mih, kenapa diam saja" sambung Mimin meneruskan pertanyaanya, sontak hal itu memancing perhatian anggota keluarga yang lainnya termasuk Verdi Suami Minah. 

Namun Minah tak bergeming seakan tidak perduli dengan tatapan penuh tanya orang di sekelilingnya. Sibuk dengan benda pipih di tangannya. 

Dalam keadaan kalut, Minah terus memohon pada Rani untuk mebantunya. 

"Ran! tolongin Aku please...!" pinta Minah melalui aplikasi pesan. 

"Ran, kamu tau gak? Aku kesini tidak bawa uang cukup untuk membayar semua makanan yang sudah di pesan. Aku tahu. Aku ini salah, bahkan banyak salah. Selama ini terlalu mengandalkan kamu setiap kali kita ada acara jalan bareng Keluarga. Aku sering memanfaatkan kebaikan Kamu. Please, Ran! Kali ini tolongin Aku, jangan buat malu Aku di depan Keluarga dan Orang-orang. Setelah ini Aku tidak akan mengulangi kebiasaan burukku ke Kamu atau ke Orang lain, Aku menyesal dan minta maaf sebesar-besarnya. Please Ran! terakhir kalinya tolongin Aku!" Tandas Minah, panjang lebar seolah penuh penyesalan. 

"Mih, kok Tante Rani belum datang juga ya?" Tanya Mimin penuh heran. Seketika mengagetkan Minah yang sedari tadi sibuk dengan gawainya. 

"Mmmhh...masih di jalan," jawab Minah pendek dengan suara sedikit berat. 

"Dek, kenapa Kamu kok murung?" kali ini Verdi yang turut bertanya pada Minah. 

"Gak apa-apa kok, Mas!" jawab Minah sambil senyum tipis untuk menutupi kebingungannya. 

Tak terbayang olehnya akan mengalami hal sepahit ini, biasanya tiap kali ngajak jalan Keluarganya Dia mengandalkan Rani sebagai 'Donatur tetap' yang tak pernah terlihat keberatan ataupun protes saat Minah memintanya, begitupun Radit Suami Rani yang sama baiknya. Lelaki Parlente Manager di Perusahaan Bonafit. Sedangkan Verdi Suami Minah hanyalah 'Penggembala' (Pengangguran gemar berleha-leha) hanya mengandalkan pemberian Orang Tua. 

*** 

Sementara Minah sedang di rundung kebingungan. Rani, malah terhanyut dengan cerita sinetron yang sedang di tontonnya. Sedari tadi, asyik menikmati kebersamaan dengan Suaminya ercinta. Mereka berdua turut larut mengikuti alur cerita "kumenangiiisss" di TV lkan terbang yang menguras kantong. Eeehhh... Emosi Jiwa. Hehehe. 

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama