RESIKO BERSUAMI KAYA

Ketika kesuksesan telah menghampiri, terkadang seorang suami lupa dengan perjuangan istri yang selama ini telah bertahan di sampingnya dan selalu mendoakannya.
***
“Dek, aku ingin menikahi seseorang, untuk menolongnya,” ucap mas Ridho seraya menggenggam kedua tanganku.
“Kalau mau menolong ya menolong saja, tidak harus dinikahi kan bisa, mas?” protesku kesal dengan jalan pemikirannya.
“Tapi...”
“Tapi apa, mas?” 
“Aku...”
“Mas kenapa?” desakku.
“Sepertinya aku mulai suka sama dia,” katanya lirih.
Seketika detak jantung seperti berhenti berdetak. Aku sangat terkejut mendengar pengakuan mas Ridho. 

Air mataku luruh begitu saja, aku tidak bisa menahan rasa sakit ini. Di hari yang seharusnya bahagia ini, malah menerima pengkuan yang menyakitkan itu.
Wanita mana yang tidak akan bersedih dan terluka hatinya ketika di hati suaminya ada wanita lain. Tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya jika aku harus merasakan sakit ini. Rumah tangga yang selama ini baik-baik saja harus terusik dengan kehadiran wanita lain.
Riak-riak masalah dalam pernikahan tentu ada, tapi tidak semenyakitkan kali ini. Aku bisa bertahan dalam keterbatasan dan kekurangan. Namun, tidak dengan masalah ini. Aku tidak bisa.
“Maaf, maafkan aku,” ucap mas Ridho lirih seraya merengkuhku dalam pelukannya. Air mataku semakin deras. Rasanya sangat sakit. Mas Ridho membelai kepalaku lembut dan beberapa kali mencium pucuk kepalaku.
Setelah tangisku reda, tangan kokohnya tampak merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu.
“Happy wedding anneversary,” ucap mas Ridho dengan menyerahkan sebuah cincin yang dihiasi berlian. Sangat cantik. Apakah tadi prank yang dilakukannya di hari ulang tahun pernikahan kami?
Senyumku mengembang menatap cincin yang cantik itu. Beberapa hari yang lalu aku mengungkapkan keinginan meiliki cincin itu ketika melihatnya di pameran perhiasan. 
“Suka?” tanyanya sambil menyematkan cincin itu di jari manisku. Pas banget.
“Iya, suka banget. Terima kasih, mas.” 
Mas Ridho mencium keningku. “I Love you, terima kasih telah menemaniku selama ini,” bisiknya di telingaku yang membuatku melayang.
Aku merasa sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan oleh mas Ridho. Malam ini dia sangat romantis dan penuh kejutan. 
“Mas, tadi yang dibicarakan, Prank kan?”
“Kapan-kapan kita bicarakan lagi, kalau adek sudah tenang,” katanya dengan senyum yang entah apa maksudnya. Mungkin dia sengaja ngeprank aku untuk membuat kejutan.
Malam ini adalah malam yang paling istimewa selama perayaan ulang tahun hari pernikahan kami. Kami sengaja pergi berdua untuk merayakan hari jadi pernikahan kami yang ke 10. Anak-anak di rumah dengan asisten rumah tangga. Sebelumnya kami tidak pernah lepas dari anak-anak
Aku merasa begitu istimewa melihat tempat yang dipilih mas Ridho. Sebuah restauran di rooftop hotel berbintang lima yang terkenal di kota ini. Sungguh, tempat yang sangat romantis menurutku. Duduk berdua saling berhadapan, beratapkan langit yang bertaburan bintang. 
Setelah selesai makan, mas Ridho merapatkan tempat duduknya di sebelahku. Dengan lembut dia menarik kepalaku untuk disandarkan di bahunya.
“Dek, Alhamdulillah ya, rejeki kita melimpah,” ucap mas Ridho seraya mengenggam tanganku di atas pengkuan tangannya. 
“Iya, Mas, Alhamdulillah kita sudah bisa menikmati jerih payah usaha kita,” sahutku seraya menatapnya dengan berbinar.
“Semua keinginan kita sudah tercapai, rumah impian kita, mobil,  cabang usaha dan toko kue impian adek sudah kita miliki,” katanya dengan mengulas senyum.
Butuh perjuangan panjang hingga kami di titik ini. Kami bekerja keras untuk mengembangkan bisnis hingga sebesar sekarang. Jatuh bangun tidak terhitung lagi. Bahkan pernah sampai titik, di mana kami tidak punya apa-apa lagi. Jika mengingat waktu itu rasanya sangat sedih.
“Mas ingin berbagi kebahagiaan ini dengan orang lain, mas ingin menikah lagi.”
 “Mas! Jangan bercanda lagi, nggak lucu bercandanya!” kataku kesal. Makan malam yang awalnya romantis seketika menjadi hambar.
“Harta kita kan melimpah, tidak salahnya kalau mas menikah lagi untuk menolong seseorang,” terangnya dengan begitu santai seperti tidak ada beban ketika mengungkapkan kalimat itu.
“Jadi, mas serius? Bukan prank” tanyaku dengan emosi yang tertahan.
???
BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama