Sebut Saja Anugrah.

"Neng .. " 

"Iya, Aa."

"Pulang kerja nanti Aa mo menghadiri acara santunan anak yatim. Yang diadain perusahaan. Dalam rangka tasukuran ulang tahunnya si bos. Sebelumnya, ada pengajian dulu, katanya. Jadi, Aa bakal agak larut malam pulangnya."

"Kenapa, ya, Aa. Anak yatim selalu di eksploitasi seperti itu. Kadang aku sedih juga liatnya."

"Loh, ko, Neng. Di eksploitasi dari mana? Ini malah mau disantuni. Dikasih pakaian baru, uang jajan dan lain sebagaimana. Ko, malah bicaranya kemana-mana sih."

"Ya, udah minum dulu tuh tehnya, dah gak panas lagi, ko."

"Iya, sayang, makasih, ya."

POSTINGAN POPULER:

-----

Karena aku seorang lulusan SMA yang ditakdirkan menikah dengan seorang gadis lulusan pesantren. Akhirnya kami, lebih tepatnya aku. Sering memintanya menjelaskan kepadaku perihal ajaran agama secara lebih dalam lagi. Kalau sekedar pengatahun umum tentang agama insya Allah aku tak bodoh-bodoh amat. 

Dulu, waktu kecil aku suka mengaji di mushola dekat rumah. Waktu sekolahpun aku sering ikut kajian-kajian yang diadakan di tempatku. 

Dulu, orangtuaku berkeinginan kalau anaknya menjadi seorang polisi. Makanya, aku dimasukan ke sekolah umum. Belakangan setelah lulus sekolah malah orangtuaku sendiri yang membatalkan keinginannya itu. Gak tau juga, gak paham aku. 

Katanya, sih, gegara ada seorang ustdaz waktu itu berceramah. Katanya profesi di akhir zaman yang harus di hindari adalah menjadi polisi. Hihihi. Gak tau lah aku, gak pernah peduliin yang begituan. 

Dan pagi ini sebelum berangkat kerja. Niatnya mau pamit pulang larut karena ada acara di kantorku. Eh, malah dia bilang eksploitasi anak yatim. Kan, aku jadi penasaran. Pasti dia punya pandangan lain tentang hal ini. 

Makanya, aku akan uber, deh. Buat tambahan ilmu. Dan satu lagi yang aku mau bilang, ternyata menimba ilmu dengan cara seperti ini, itu lebih ngena, loh. Ngobrol santai tapi isinya berbobot. 

----------

"Neng, ko, Aa penasaran, sih. Apa maksud ucapan kamu tadi?"

"Tau lah, Aa. Suka kesel ajah kalo denger acara begituan. Pake disantuni segala. Anak yatim tuh bukan disantuni tapi diurusi!"

"Sayaaang .. Ko, jadi sewot gitu,sih. Tenang tenang, yaa, sayang."

"Au ah!  Keseeeeel pokoknya!"

"Loooh, iya kenapa coba, sayang? Sok berbagi atuh sama Aa. Kan, Aa gak tau apa-apa. Setau Aa, menyantuni anak yatim itu, di samping ibadah, kita juga ikut membantu meringankan beban mereka."

"Dah, aah! Aku mo ke dapur, nyiapain buat sarapan."

"Aduuh .. Neng. Aa tuh pengen tau apa penjelasannya. Malah di tinggal ke dapur."

"Entar ajah kalo keselnya dah ilang. Dah, ya, aku tinggal dulu."

Alamaaak!! 

Niatnya mau ngorek pemahaman istriku. Malah dianya emosi duluan. Apa yang salah ya? Sumpah, loh, baru kali ini istriku keliatan emosi banget. Pasti ada sesuatu yang menggajal di hati dan pikiranya. Dilanjut juga percuma dianya malah pergi. Ya, udahlah terpaksa nunggu dia reda dulu emosinya. 

Sambil menunggu istriku memasak, aku manfaatin deh sisa waktuku buat ke kamar mandi. Nyegerin badan. Siapa tau sambil sarapan nanti istriku moodnya dah baik lagi. Heran juga aku dibuatnya. 

------------------

Alhamdulillah mandi sudah. Sarapan dah tersaji rapih di meja makan. Allahumma Bariklana Fiema Rojaqtana Waqina Adzabannaar. 

Kupandangi istriku yang sedang duduk di hadapanku. Sempet bingung juga gimana memulainya lagi. Padahal aku masih penasaran perihal pembicaraan tadi. Kudu agak nyari strategi ini, mah. Hehe. 

"Sayaaang.. Tumben ini nasi goreng, ko, kagak pedes."

"Cabe lagi mahal, Aa. Beli dua rebu dikasih lima biji. Kesian tuh para pedagang kuliner yang ngandelin bahan bakunya dari cabe. Dibuat kelimpungan sama harga cabe."

"Emang berapa harganya? Semahal itukah."

"150 rebu, Aa, sekilo. Biasanya juga cuma 30 rebu. Gak panik gimana tuh yang jual ama yang beli."

"Kayaknya harga cabe sering naik turun gitu, ya, Neng?"

"Sering banget, Aa. Tapi, harga kali ini paling rekor, tuh. Dulu, paling tinggi cuma nyampe 130, sekarang malah lebih parah. Emak-emak di pangajian tuh bilangnya bukan naik tapi ngelunjak katanya, hehe. Kalo naik kan dari serebu ke duarebu."

"Yah, begitulah kalo ekonomi pake aturan liberal. Banyak kepentingan juga permainan. Kita yang gak tau apa-apa jadi korbanya. Ouh, iya, sayang... Lanjut, ya, yang tadi itu, loh. Hehe."

"Tapi, jelasinya loncat-loncat, gak pa pa, ya? Lagi gak konsen ini otak. Bakal campur emosi ngomongnya."

"Ya, udah sok bebas gimana enaknya aja. Insya Allah, Aa nyimak, ko."

"Intinya, sih, semua terjebak sama hadits Nabi yang menyatakan, bahwa siapa saja yang peduli sama anak yatim, mau ngurusin anak yatim, nanti di surga akan duduk berdampingan bersama Nabi. Di sini awal mula terjadinya eksploitasi terhadap anak yatim, Aa. Itu sih, menurutku."

"Ouh."

"Iya, lah. Siapa yang tidak tertarik dengan janji Nabi itu, coba? Tapi, pada tataran prakteknya. Kenapa anak yatim jadi bahan eksploitasi begitu. Semuanya salah kaprah menurutku. Diundanglah mereka ke acara ini itu. Sukuran pejabat, isinya ada santunan anak yatim. Ulang tahun artis, anak yatim diundang. Ngapain coba itu? Apa gak kasian sama mereka. Mereka itu manusia yang butuh kebahagian. Kebahagian yang hakiki, bukan semu kayak gitu. Anggaplah mereka bahagia bisa melihat rumah mewah pejabat atau artis. Lalu? setelah mereka pulang ke panti asuhanya lagi, hilang sudah kebahagian itu. Yang ada kesediahan lagi menghabiskan hari-hari di panti asuhan. Apa gak miris tuh, liatnya?"

"Subhanallah..  Bener juga, ya, Neng."

"Ada lagi yang lebih ngaco. Ngaco banget pokonya. Setelah acara selesai, mereka di kasih uang sedekah. Di suruh berjejer mengantri sambil menyalami tangan pejabat atau para astis itu. Astagfirullahaladhim. Dari mana itu dalilnya coba kalau anak yatim dikasih sedekah? Coba mana tunjukan dalilnya?"

"Neng, mana Aa tau, iih."

"Siapa juga yang nanyain ke Aa.. Diih!"

"Hehe.. Kirain nanya ke Aa."

"Di dalam surat At Taubah ayat 60. Terkait delapan asnaf yang berhak mendapatkan sedekah. Coba teliti kembali. Ada gak di situ dicantumkan anak yatim? Gak ada, Aaaa!!"

"Gak ada yaa, Neng?"

"Emang gak ada! Lalu, apa kolerasinya dengan acara santun-santunan kayak gitu, coba? Makanya aku berani bilang acara kayak gitu lebih pas di bilang eksploitasi anak yatim."

"Neeeng. Jadi, yang bener tuh gimana dong, sayang?"

"Begini, ya, Aa, sayangku, gantengku. Kalau Aa tertarik dengan hadits Nabi tadi. Yang duduk berdampingan di surga bersama Nabi. Pertama, luruskan niatnya dulu. Selebihnya cari ilmunya. Harus gimana dan seperti apanya. Sepanjang yang aku ketahui. Untuk tataran prakteknya itu adalah, kita ambil anak yatim itu untuk tinggal di rumah kita. Dari kapan? Ya, dari sejak kecil. Sejak ditinggalkan pergi oleh bapaknya. Sampai kapan? Sampai dia bisa mandiri sendiri. Kalau bahasa Al Qur'an itu, sampai cukup umur untuk menikah."

"Surat apa itu, Neng?"

"An-Nisa ayat ke 6. Kalau gak salah. Kalau salah nanti Neng koreksi lagi. Jadi, ukuran sampai kapan kita ngurusin anak yatim itu menurut bahasa Al Qur'an, ya, sampai dia menikah. Menikah itu, kan, untuk laki-laki ukurannya mandiri. Untuk perempuan sampai ada laki-laki mandiri yang meminangya. Baru kelar tanggung jawab kita sebagai pengasuh anak yatim. Itu juga kalo ada niat mo ngurus anak yatim. Itu yang bener, Aa."

"Ouh.. Aa mulai paham, Neng, insya Allah."

"Ouh iya, satu lagi. Untuk prakteknya gak harus seperti yang Neng utarakan di atas. Bisa kita masukan dia ke sekolah atau pesantren. Biayanya kita yang tanggung. Bahkan, sampe kuliah sekalipun. Pokoknya gitu deh prakteknya. Sampai kapan? Sampai dia mandiri. Bisa berdiri di atas kakinya sendiri."

"Alhamdulillah, dapet ilmu baru. Makasih, ya, sayagku, cintaku."

"Iya, sayang. Tapi, Aa harus hati-hati juga kalau mau berbagi sama orang lain. Masalahnya, ini sensitif banget. Udah kadung salah kaprah. Membudaya pula."

"Iya, Neng, akan Aa ingat itu."

"Ouh iya, satu lagi, deh. Mumpung lewat nih di benakku. Nanti ada kasus kalau anak yatim akan gugur status yatimnya bila ada bapak baru buat anak yatim itu."

"Seperti kakakku, ya, Neng, contohnya."

"Nah, betul banget. Dia, kan, janda. Punya anak masih kecil-kecil. Mereka masuk kategori anak yatim. Lalu, bila nanti kakak Aa ada yang meminang. Maka, gugurlah predikat yatimnya. Karena apa? Karena ada bapak yang baru sebagai penanggung jawab nafkahnya. Yatim itu, ya, Aa, berbanding lurus dengan urusan nafkah."

"Alhamdulillah, maksih sayang ilmunya. Makin cinta, deh, Aa."

"Sama-sama. Dah siang, tuh. waktunya berangkat, sayang."

"Ok, deh. Aa pamit kerja dulu, ya, yaang.. Love you."

"Love you too."

"Assalamu alaikum."

"Wa alaikum salam."

---------------------

Masih tentang dinamika pernikahanku dengan seorang gadis lulusan pesantren. Dan, aku hanyalah lulusan SMA. Sebut saja namanya Anugrah. Nantikan kisah menarik lainnya.

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama