BOJOKU TKW HONGKONG

"Uang 25 juta kemarin uang hasil kamu jual motor apa sudah habis? Kasih aku 5 juta buat pegangan dan kumpul sama teman-teman."

"Itu uangku dan motor itu ku beli sebelum nikah sama kamu Mas, jadi mau aku apakan uangnya tidak ada urusan denganmu."

"Kalau sudah nikah itu uang siapa akan jadi milik bersama. Harusnya jadi istri kamu bisa ngasih dan bahagiakan suami biar kamu tidak di laknat Allah dan malaikat jadi istri durhaka."

"Gitu ya Mas, makanya kalau ngaji itu di pondok Mas jangan di warung kopi biar makin pinter bukan makin blinger."

"Bawel banget jadi istri baru juga mantan TKW Hongkong, apa kamu tidak malu Paman aku Lurah desa kita sudah 2 periode ini."

"Lurah kan paman kamu Mas terus urusanya sama kamu apa? Kamu kira belanja di toko lek Bahenol bisa di bayar dengan gelar kamu ponakan pak Lurah?"

POSTINGAN POPULER:

Aku yang sedang bercanda dengan teman di WAG terusik dengan pertanyaan Wati istriku. Dia baru menjadi istriku bagaimana mungkin dia berani menyuruhku dan mengusik kebiasaan ku. Terlahir jadi anak terakhir dan laki satu-satunya semua inginku harus ada dan di turuti. Heran banget kenapa Wati tidak seperti istri teman-temanku yang los dol masalah uang setelah pulang dari TKW.

"Setidaknya Pamanku Lurah dari pada keluarga kamu tidak ada yang jadi orang penting."

"Ya sudah sana makan tugu balaidesa biar semua orang tahu ponakan Lurah kebal makan tugu bukan lagi makan nasi."

Sial semakin hari Wati semakin pintar menjawab dan membuat aku kelimpungan mencari celah untuk membela diri. Hidup tidak perlu ngoyo lagian dengan ikut mertua kebutuhan sehari-hari termasuk makan jadi tanggungan mereka, berarti Wati tidak butuh biaya untuk belanja beras, sayur juga yang lain.

"Kamu saja yang balik ke Hongkong jadi TKW Wati dari pada kamu sibuk nyuruh aku kerja. Mumpung kita belum punya anak sana kamu babu lagi ke Hongkong biar kita bisa hidup enak. Jangan lupa kalau mau berangkat ATM sama buku tabungan tinggal buat aku biar uang kamu tidak di habiskan orang tua kamu."

"Mas Totok kalaupun aku kembali ke Hongkong jangan khawatir ATM sama buku tabungan buat aku bawa kesana dan aku tidak akan kirim sepeserpun buat kamu. Mau hidup enak dan senang-senang cari kerja bukan minta."

"Orang tuaku saja yang merawat aku tidak pernah menyuruh aku kerja, kamu yang baru aku nikahi berani sekali kau mengatur hidupku Wati."

Pusing dengan omelan Wati aku memutuskan untuk mancing. Bagiku kopi adalah nadiku dan mancing adalah hidupku, tanpa kopi dan mancing hidup sudah tidak lagi berarti. Mbak Tatik, Tutik dan Titik adalah kakakku. Bahkan setelah menikah sekian tahun mereka ber 3 beserta suami dan anak mereka masih tinggal serumah dengan orang tuaku. Buktinya tidak ada masalah dan mereka bahagia bersama.

Mangan ra mangan penting mlumpuk.

"Wati siapkan kopi dan sarapan aku mau pergi mancing."

Wati yang sedang mencuci baju 3 bak besar hanya memandang aku sesaat tanpa bergerak. Apa beratnya menyiapkan sarapan untuk suami sebelum punya anak.

"Semua sudah di meja tinggal makan."

Memang aku akui sarapan dan kopi selalu di siapkan di atas meja dapur namun sebagai suami bukankah seharusnya aku di perlakukan seperti raja? Buat apa coba aku nikah bila aku masih harus melakukan apa-apa sendiri.

"Wati dengar aku tidak?"

Bukan menjawab kini Wati memberi tatapan mematikan dan mengintimidasi. Perut yang keroncongan membuatku mengalah dan melangkah menuju meja dapur untuk sarapan. 

Ku buka tudung saji terhidang sepiring besar mie goreng, ayam goreng dan sambal tomat serta lalapan. Wati dan mertua memang selalu tahu menu kesukaanku. Ku urungkan niat mengambil nasi lebih baik aku habiskan mie goreng di meja. 

Masakan Mak mertua selalu pas di lidah percampuran pedas, manis dan asin yang selalu pas. Mie sepiring habis dalam hitungan menit dan 8 potong ayam goreng serta sambal sudah habis ku makan dan beruntung masih ku sisakan lalapan buat mereka. Kalau yang lain belum makan tinggal masak lagi yang penting aku sudah kenyang dan tinggal berangkat ke warung kopi.

"Istriku yang baik hati dan cantik masakan kamu enak banget hari ini. Semua sudah aku makan habis karena Mas pingin menghargai kamu yang capek masak istriku. Mas minta uang 100 ribu saja Dik buat beli bensin dan nongkrong di warung kopi."

"Apa kamu bilang Mas? Semua kamu habiskan untuk sekali makan? Itu ayam 1 ekor sama mie burung emprit 2 bungkus Mas kamu makan sendiri dan habis? Kamu pikir yang lain tidak butuh makan? Kamu pikir aku tidak capek?"

"Kamu kan tinggal belanja lagi dan masak lagi, makanan di makan kok di permasalahkan bukan malah senang suami doyan makan si rumah."

"Emang belanja tidak butuh uang? Gas tidak perlu beli? Bumbu tidak perlu beli? Sini kasih uang buat belanja lagi dan masak sebelum Mak dan Bapak pulang dari sawah."

"Enak aja aku harus nangung biaya makan keluarga kamu. Kita tingal disini belanja semua tanggungan orang tua kamu lagian sudah aku sisakan lalapan buat mereka makan nanti. Cepat sini uang 100 ribu aku mau berangkat sekarang."

Wati tidak menjawab namun langsung menyalakan sanyo dan menyemprotkan sanyo ke tubuhku yang 1 pack ini. Katanya biar aku sadar diri, benar-benar tidak ada hormat dan patuh sama suami mentang-mentang kita tingal di rumah orang tuanya. Lagian makanan di masak untuk di makan habis tinggal masak lagi. Sial uang 100 ribu tidak aku dapatkan badan basah kuyup akibat siraman dari sanyo.

Tekad ku sudah bulat sebulat tahu bulat yang di goreng dadakan harga 500 an untuk mencari dompet Wati dan mencuri uangnya. Aku masuk kamar dan mengunci pintu ku teliti setiap inch, titik, sudut dan juga setiap lubang untuk menemukan dompet Wati tapi sedikitpun tidak ada bayangan penampakan dompetnya. Bawah bantal, bawah sprei, bawah kasur sudah aku periksa bahkan nihil dan kini tinggal bawah ranjang aku segera berjongkok namun karena perutku yang menonjol tak beraturan membuatku kesulitan untuk jongkok dan mengintip bawah ranjang. 

Susah payah aku intip terlihat dompet itu di sembunyikan Wati disana di dekat plastik warna merah. Akhirnya setelah ku perkirakan letaknya sesuai koordinat dan sudah ku hitung dengan rumus panjang x lebar x tinggi segera ku ulurkan tanganku tepat sasaran aku memegang sesuatu yang agak basah dan lengket belum sempat ku angkat tanganku kini jebakan tikus telah menjepit tanganku tanpa ampun. Jangankan dompet dan uang kini telapak tanganku lengket dengan lem tikus dan jari tanganku masuk ke penjepit jebakan tikus. 

Wati tunggu akan aku balas semuanya padamu.

POSTINGAN POPULER:
BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama