OH DEAR WALI KELAS ANAKKU. Cerpen terbaru

#cerpen_curhat 

Senyum mengembang terus di sunggingkan putriku, ini adalah hari kedua dia mulai pembelajaran tatap muka. Setelah setahun lebih belajar daring, akhirnya dia bisa merasakan belajar bersama teman-teman dan gurunya.

Terus berputar di depan cermin, baju seragam yang di beli saat pendaftaran tahun lalu, baru kali ini dia bisa memakainya. 

"Kakak, sarapan dulu, yuk. Nanti kamu kesiangan," ajakku.

"Iya, Bun. Sebentar," sahutnya. Dia masih saja merapikan baju seragam   walau sudah setengah jam berlalu.

Aku sebagai orang tua pun merasa gembira, berarti aku tak memiliki satu pekerjaan tambahan sebagai guru daringnya.

Setelah menyelesaikan sarapan, aku segera mengantarnya menuju sekolah. Menatap putri sulungku yang berlari-lari kecil sambil bersenandung. Aku pun ikut tersenyum melihat kebahagiaannya. Seperti rencana semula, aku menuju pasar sekalian untuk berbelanja sayur. Tidak mempunyai waktu lama, karena meninggalkan anak bayi yang sedang tidur di rumah.

Untungnya si bungsu masih terlelap, jadi aku mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan cucian dan lanjut memasak makan siang.

==================

Jam sepuluh kurang lima menit, aku bergegas menjemput kakak. Jarak sekolah tak sampai satu kilometer jadi aku tak perlu terburu-buru.

Aku kaget saat melihat raut wajah putriku yang berubah. Kegembiraan dua hari ini sirna dari wajah cantiknya. Menunduk murung, bahkan ada kristal bening yang mengembun di kedua matanya. Apa ada yang mengganggunya? Mencoba bersabar, walau dalam hati bertanya-tanya. Nanti saja aku menanyakan pelan-pelan.

Tiba di rumah, putriku tak mau segera masuk rumah, dia mengusap pipinya yang mulai basah.

"Kakak, ayo masuk sayang! Ganti baju dulu, Bunda beliin Kakak sesuatu tadi dari pasar," bujukku. Tak seperti biasanya, dia akan antusias. Kali ini dia malah menggeleng.

Aku peluk tubuh rampingnya, kemudian menariknya perlahan masuk ke dalam rumah.

"Kakak kenapa? Apa ada teman Kakak yang nakal?" Selidikku.

Masih terus menggeleng, tangisnya malah semakin deras. Aku semakin penasaran, ada apa sebenarnya? 

"Kalau Kakak tidak mau bilang, Bunda akan telepon Bu Min," desakku, kali ini suaraku mulai meninggi.

"Maafin Kakak, Bun," ucapnya singkat.

"Iya, Bunda maafin. Tapi Kakak bilang dulu ada apa?" Aku menghela nafas, sambil menunggu  putriku tenang.

Gadis kecilku mengambil buku dari dalam tasnya. Kemudian membuka lembar tugas terakhirnya.

"AstaghfirULLAH ...," pekikku terputus. Aku segera menguasai diri, 'sabar ... sabar' batinku.

Saat daring di rumah, putriku ini terbilang mudah memahami pelajaran. Aku hanya membimbingnya saat kesulitan. Nilai tugasnya pun hampir selalu seratus. Tapi baru dua hari pembelajaran tatap muka, tugas yang di kerjakannya hanya mendapat nilai dua puluh. 

Aku mengecek berulang kali, apa benar anakku ini tak bisa mengerjakan tugasnya dengan baik. Dari tujuh soal, dia hanya bisa mengerjakan tiga, selebihnya salah. Apa gurunya tidak membimbingnya saat mengerjakan tugas? Bukankah anak kelas dua masih harus terus di bimbing?

Aku hanya memendam kekecewaan  dalam hatiku, tak sepenuhnya salah guru. Mungkin saja putriku tak sepintar saat daring. Meskipun  aku hanya membantunya sedikit, putriku aku biasakan mengerjakan tugasnya sendiri agar dia mulai bertanggungjawab.

===============

Sudah tiga hari berselang, keceriaan seperti dua hari awal tak pernah lagi tampak di wajah putriku. Dia seperti malas saat aku memintanya bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Apa nilai jelek kemarin itu begitu mengganggunya? Semoga saja hanya itu, semoga tidak ada hal lain yang membuatnya malas ke sekolah. Sebagai orang tua aku akan berusaha membimbingnya lebih keras lagi.

NB:

Hanya curhatan orang tua yang galau melihat anaknya yang murung. Masih kecewa juga dengan nilai dari guru, jika benar tiga dari  tujuh, bukankah seharusnya nilainya lebih dari dua puluh. Nilai dua puluh benar-benar menghancurkan semangat belajar anakku. 

BACA JUGA : 

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama