Ceritaku "Berdamai Dengan Fibrilasi Atrium"

#ceritaku

Oleh Isnasari Sulfia Handriyani 

Kali ini aku akan bercerita tentang "my real life story", kisah kehidupan yang aku alami. Bagaimana aku berdamai dengan kondisiku, apa yang kurasakan, dan apa yang masih sering membuat aku bersedih sampai sekarang.

Fibrilasi Atrium, mungkin tidak banyak orang familiar dengan istilah yang satu ini. Apa itu Fibrilasi Arium?

Fibrilasi Atrium adalah gangguan irama jantung dimana jantung berdenyut terlalu cepat.

Mengapa memilih topik ini untuk kutulis, karena aku sudah akrab dengan kondisi ini selama bertahun-tahun.

Bagaimana aku tahu aku menderita Fibrilasi Atrium? Sejak kapan aku mengalami kelainan ini? Apakah tiba-tiba sakit ataukah sudah lama aku mengidapnya? Tulisan ini akan menceritakan kisahku sedetail mungkin. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat dan membuat kita lebih berhati-hati dan mengenali alarm pada tubuh kita.

Bagaimana aku tahu aku mengidap kelainan irama jantung? 

Karena sebuah peristiwa tentunya. Waktu itu usiaku tiga puluh sembilan tahun, terhitung masih muda untuk bisa menderita gangguan kondisi pada jantung. Tetapi waktu itu aku merasa benar-benar ada yang tidak beres dengan jantungku.

Awalnya aku sama sekali tidak menyadarinya. Suatu hari aku merasa seperti masuk angin parah. Mual, keringat dingin, untuk berjalan jarak dekat nafas ngos-ngosan atau terkadang tubuhku terasa ringan dan berkunang-kunang. Tapi seperti pada orang Indonesia pada umumnya aku menganggap aku hanya masuk angin. Istirahat sebentar pasti sehat. 

Di saat lain aku mersakan sakit yang sangat luar biasa di area ulu hati. Lebih tepatnya sedikit di atas ulu hati dan terasa di dalam tulang, bahkan sakitnya sampai tembus ke punggung. Bagaimana tidak panik coba, aku merasakannya sewaktu perjalanan pulang kerja, padahal jarak rumah dengan tempat kerjaku cukup jauh waktu itu.

Aku berusaha sendiri dengan berbagai cara mengurangi sakitku. Mulai dari memijit telapak tangan (seperti yang sering aku lihat dalam adegan drama korea hehehe...), berusaha bersendawa sampai aku melepas (maaf) tali BH untuk mengurangi rasa sakit yang menjalar. Bayangkan semuanya kulakukan di atas motor, dan hebatnya yang membonceng aku sama sekali tidak menyadari perjuanganku mengurangi rasa sakit.

Kira-kira lima belas menit sebelum sampai rumah, sakit itu berkurang, kemudian perlahan menghilang. Di rumah semua normal, aku bahkan melupakan semua sakit yang tadi terasa. Tidur malam pun wajar tidak ada gangguan.

Esoknya di tempat kerja, gejala lain muncul, tubuhku terasa dingin seperti es bahkan rasa dingin itu rata sampai ujung jari. Ada teman yang mulai curiga dan bertanya, "masuk angin kah?". Kasihan benar, angin lagi-lagi menjadi tersangka. Hari itu aku ijin pulang lebih awal karena lemas dan mual mulai menyerang. 

Perjalanan pulang menjadi perjalanan yang sangat panjang. Beberapa kali aku dan suami harus berhenti di pinggir jalan untuk istirahat karena tubuhku mulai melayang. Bahkan untuk duduk di atas motor membuat aku lelah. Aku ingat sorenya, hanya mengobrol membuat tubuhku mandi keringat. Tapi lagi-lagi semua gejala perlahan menghilang.

Dalam kondisi payah seperti aku, kalau orang lain mungkin akan memilih untuk istirahat di rumah. Itu tidak berlaku untukku. Hari berikutnya aku tetap berangkat kerja, karena aku pikir aku mampu dan kondisiku membaik. Tapi ternyata aku salah. Baru dapat setengah perjalanan, tubuhku lagi-lagi melayang. Rasa mual kembali menyerangku. Kali ini disertai rasa sakit hebat yang menjalar di tanganku sebelah kiri. Seperti ada tarikan dari ujung jari, berjalan sampai ke lengan bagian atas. Aku menyerah, aku bisikkan pada suamiku, "kita minggir, atau kamu mesti gendong aku karena pingsan." 

Hari itu aku tiduran di pinggir jalan, dan kami memutuskan untuk putar balik dan kembali pulang. Lagi-lagi aku merasa baikan ketika sampai rumah. Aku mulai berubah pikiran ketika esok paginya aku tak mampu buang air apalagi mandi. Aku harus bolak-balik ke kamar mandi beberapa kali untuk buang air dan mandi, aku tidak mau pingsan di dalam kamar mandi

BACA JUGA : 

Karena aku punya pengalaman ibuku yang meninggal disebabkan serangan jantung, aku lebih hati-hati. Waktu itu aku langsung minta ke rumah sakit, setelah banyak tes dan pemeriksaan semuanya terjawab. Ternyata beberapa hari itu aku mengalami serangan jantung. Karena usia yang masih muda dan kekhawatiran dokter akan ada serangan lanjutan, diputuskan aku harus dirawat di ICU selama beberapa hari.

Kalau kalian membayangkan aku sudah tidak sadar atau sesak nafas dalam ICU, kalian salah. Aku masih baik-baik saja Alhamdulillah (meskipun semau alat dan selang oksigen menempel di tubuhku). Tapi karena kondisiku yang mengkhawatirkan, aku mesti dirawat secara intensif. Selama perawatan aku tidak boleh bicara dan semua urusan ke belakang di lakukan di atas brankar (ranjang rumah sakit). Kalian tahu, rasanya tidak menyenangkan. Aku sampai menahan keinginan untuk BAB karena enggan melakukannya di atas tempat tidur.

Alhamdulillah sampai sekarang aku sehat dan baik-baik saja. Meskipun aku harus minum obat yang jumlahnya tidak sedikit, aku anggap seperti aku makan camilan, tanpa banyak pikiran. Semoga Allah memberi aku kesehatan dan umur panjang yang bermanfaat dan semoga cerita ini bisa membuat kita lebih waspada akan kondisi badan kita. 

Satu lagi, aku akan selalu berterimakasih pada suamiku yang dengan setia merawatku. Menerima semua kurangku, bahkan menerima kotoranku waktu itu (sedih dan malu rasanya). Ternyata benar, Allah akan memberi semua yang kita butuh bukan semua yang kita mau.

Cukup lah cerita untuk hari ini.

Lain kali akan aku ceritakan sejak kapan sebenarnya aku mengalami gangguan kesehatan dan apa yang sampai sekarang masih sering membuatku bersedih.

Ketemu lagi lain kali ya, masih dalam cerita yang sama tapi kisah yang berbeda.

Sby_2782021

By_isnasari 

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama