ZINAH DALAM NIKAH

“Mas, ku rasa kita sudah melakukan kesalahan besar !” Mas Andri yang baru saja mengumpuliku sebagai seorang suami tersandar di kepala ranjang sembari menghisap rokoknya.

Foto oleh Jasmine Carter dari Pexels

“Udah jangan bahas itu dulu, kita baru saja baikan An !”
Sahut Mas Andri yang tampak tidak suka bahasanku.
“Mas, ini salah, ini dosa !”
“Lantas mau bagaimana? Kamu jangan aneh-aneh deh ! Gak bisa apa kita tenang sebentar aja !”
Lagi Mas Andri menyuruhku bungkam.
“Mas, kayanya aku memang lebih baik pulang ke rumah orang tuaku. Percuma kita serumah kalau rasa berdosa terus menghantuiku. Yang kita lakukan ini bukan lagi ibadah Mas, tapi zinah !”
Entah kenapa dadaku sesak setelah setiap kali melakukan hubungan suami istri dengan Mas Andri yang secara Negara memang masih berstatus sebagai Suamiku. Tapi di satu sisi, aku sangat mencintainya begitu pula Mas Andri sangat mencintaiku meski kadang emosinya meledak-ledak saat marah padaku.
“Ana, tolong ! Tolong dengan sangat jangan bilang kamu sudah haram untukku gauli ! Kamu masih istriku Ana !”
Dan Mas Andri tetap kekeh bahwa status kami di buku nikah masih bisa dipegang. Bukan Mas Andri yang salah, mungkin aku lah yang paling berdosa karena aku lebih tahu hukum Agama tapi tetap memilih mentaatinya sebagai seorang suami, padahal aku tahu betul pasca talak tiga yang Mas Andri lontarkan seminggu yang lalu, aku bukan lagi istrinya.
“Mas, Ana sadar ini bukan salah Mas sepenuhnya. Maka dari itu sebelum kita terjebak zinah dalam kata nikah ini, lebih baik Ana yang urus semua surat-suratnya Mas, Ana gak mau kita sama-sama berdosa,”
Dengan sesegukan tangisku aku memasrahkan pernikahan ini, aku benar-benar sudah tidak tahu harus berbuat apa. Ini bukan lagi pernikahan. Cara satu-satunya memang aku dan Mas Andri harus berpisah.
“An, bukankah Mas sudah minta maaf atas kejadian kemarin. Mas menyesal An. Mas janji gak akan sembarangan lagi mengucapkan kata talak An, Mas saat itu emosi, Mas kalap, Mas khilaf An,..”
Mas Andri memelas penuh penyesalan sambil memegang pergelangan tanganku. Iba? Pasti, aku sangat sedih menghadapi ini semua.
“Aku juga gak mau Mas perpisahan ini terjadi, aku belum siap kehilangan kamu. Aku sangat mencintaimu. Tiga tahun bersamamu meski kita belum diamanahi buah hati tapi itu waktu yang begitu singkat Mas, mimpiku hidup bersamamu sangat panjang, masih banyak rencana yang belum terwujud yang kita rancang bersama, tapi kenapa Mas???? Kenapa tiap kali kita bertengkar Mas seolah mantap menceraikanku, Mas tak segan mengeluarkan kata pisah, padahal dulu sebelum menikah, Mas sudah dibekali oleh ayah agar tidak sembarangan mengucap kata talak semarah apa pun Mas kepadaku. Tapi nyatanya, Mas gegabah, Mas ceroboh, ini yang namanya cinta Mas? Kamu sendiri yang mengusirku dari pernikahan ini !”
Kali ini aku beranikan diri berbicara tegas dan keras dengan Mas Andri yang selama ini selalu ku hormati, ku taati sebagai seorang suami.
“Adakah cara lain selain pisah agar kita tetap bersama An?”
Dan kulihat kedua bola mata Mas Andri mengeluarkan tetesan air bening.
“Tak ada Mas, kalau pun kita harus bersama lagi itu setelah aku menikah lagi dengan orang lain !”
Sahutku tegas
“An, apa-apaan kamu? Kamu mau aku melihatmu menjadi milik orang lain? Jangan kurang ajar kamu An, kamu anggap apa aku?”
Mas Andri lagi-lagi tak dapat mengontrol tempramennya.
“Bukan aku yang kurang ajar Mas, kamu yang kurang belajar !”
Segera ku bereskan bajuku ke dalam koper, dan pulang ke rumah orang tuaku.
BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama