#cerpen.
Cerita ini cukup menguras emosi. Jadi, siapkan mental anda!.
Saat malam pertama seharusnya kedua mempelai saling memadu kasih dan berbahagia. tetapi tidak dengan yang ku alami, semua berbanding terbalik seakan-akan malam pertama adalah neraka bagiku.
"Cepat masuk!" Tubuhku di hempas kasar ke atas kasur, oleh pria yang baru saja menikahiku 2 jam yang lalu.
Ibu mertua dan adik-adiknya membawa sebuah nampan yang entah apa isinya.
"Makan ini dulu, biar kandunganmu cepat subur!" Ibu mertua memberikan hati mentah yang sudah di potong dadu, baunya masih amis dan sedikit menohok. Aku mau muntah menciumnya.
"Cepat kamu masukkin kedalam mulutmu!" teriak ibu mertua tinggi, mengapa setelah kedua orang tuaku pulang, dan para tamu bubar mereka bersikap seperti ini? Ada apa?
"Gak mau bu, aku tak tahan memakan, makanan mentah. Pun pasti banyak bakteri yang terkandung didalamnya." tolakku halus, perutku sudah bergemuruh seperti di kucek-kucek dan berbusa di dalam sana.
"Kau menghina kepercayaan kami? Kami percaya, banyak mengkonsumsi hati mentah akan menyuburkan kandungan dan akan cepat hamil. Itu sudah jadi tradisi turun temurun di keluarga kami." Dia mulai memasukkan benda amis itu ke dalam mulutku, tapi ku semburkan dan mengenai wajahnya.
"Dek, ayolah makan. Hanya setengah kilo saja setelah itu tak akan lagi." Apa? Setengah kilo? apa mereka sudah tidak waras Menyuruhku memakan hati mentah setengah kilo banyaknya? jangankan segitu secuil saja aku sudah muntah.
"Kurang ajar, bawakan paku dan lilin." Teriak mertua.
Ya Allah ada apa lagi ini, mengapa setiap ada menantu pasti ada kekejaman dari mertua.
"Dek makan saja, biar kau tak akan di tusuk dengan ujung paku panas. Karna jika ada menantu yang menolak, mereka akan di siksa." Ujar suamiku, memegang erat tanganku.
"Gak aku gak mau!" Tegasku lagi menggeleng.
Ibu mertua sudah memanaskan paku, terlihat cahaya merah di ujung paku. Berarti paku itu sudah benar-benar panas. Di tusukkan secara kasar ke telapak tanganku.
"Ampun bu ... Sakiit ... Huhu, ampuun!" aku merengek tak tahan dengan rasa sakit yang teramat.
"Makan lah dek, makanlah sayang. Ayo Abang Suapin biar kamu semangat!" ujar suamiku perlahan. Memasukkan potongan hati itu kedalam mulutku.
Huuueeekk! Ku muntahkan lagi ke lantai, karna aku memang tidak kuat untuk menelannya.
"Kurang ajar sekali kamu ya!" Di tariknya tanganku, lalu di hempaskannya kepalaku ke dinding. Hingga pemandanganku gelap dan aku tak sadarkan diri.
Aku terkejut dengan peluh yang mengalir, nafasku tersengal hingga membuat tenggorokan ku kering. Ku usap wajah berkali-kali dan bersyukur.
"Alhamdulillah cuma mimpi, kalau kayak gini aku akan terus betah menjomblo!" Ucapku geleng-geleng.
Jangan terlalu serius bacanya.
