TAHUN PENUH KESEDIHAN

 Oleh : Aliyanov

#kcerpen

"Umi, sini duduk dekat Abi," titah suamiku ba'da shalat subuh. Tak seperti biasanya. Beliau shalat subuh kali ini dengan bacaan yang lantang. Entah datang kekuatan darimana, subuh ini kondisi beliau begitu prima. Padahal penyakit dalam yang menyerangnya beberapa bulan ini membuat beliau kepayahan, bahkan untuk mengeluarkan suara seringkalipun, tak kuasa dilakukannya.

"Jangan duduk di depan Abi, Umi. Sini di samping Abi saja. Tuh ada tamu yang datang, banyak sekali. Tapi hanya Abi yang bisa lihat tamunya," ujarnya. Aku menoleh kesana kemari mencari sosok tamu yang dikatakan Abi, bingung. Tak nampak siapapun di ruangan ini kecuali aku dan Abi. 

"Umi, nampaknya tamu-tamu itu mau menjemput, Abi. Tolong relakan Abi ya," ujarnya lagi sambil mengusap punggungku.

Aku tersentak mendengar perkataan Abi. "Apakah yang dimaksud tamu misterius itu a...aad..aadalah, malaikatul maut?" Tanyaku dalam hati. Rasa gusar menyelimuti hati. Akankah ini masa terakhirku bersama suami tercinta? 

POSTINGAN POPULER:

Dada terasa sesak. Pandanganku kabur seiring genangan air mata yang menganak. 

"Allahu Rabbi...kuatkan hamba," gumamku sambil menatap dalam wajah Abi yang terlihat bercahaya dan senyum tipis tersungging dari bibirnya yang pucat.

"Laailaaha illallah, Muhammadar Rasulullah..." Abi melafadzkan tahlil sambil menutup mata. Senyum tipis menyertai kepergiannya ke keabadian.

"Innalillahi wa innailaihi roojiuun." Aku melafalkannya dengan tubuh berguncang dan deraian airmata. Ingin rasanya berteriak namun suaraku tercekat di tenggorokan. Aku harus merelakan suami tercinta kembali ke pangkuan-Nya. Aku menyayanginya, namun Allah lebih sayang padanya.

"Umi rela...Umi ikhlas...syurga menanti orang sholeh sepertimu, Abi. Lihat penduduk langit yang merindukanmu, menjemput ruhmu dengan berbondong-bondong" ucapku dalam hati sambil menatap wajah Abi yang telah tiada.

Meski aku mengikhlaskan kepergianmu, namun aku hanya manusia biasa yang punya rasa. Tak sanggup aku menahan sesak saat kehilanganmu. Aku bersimpuh di samping jasadmu dengan deraian air mata. Doa kupanjatkan dalam hati  "Kumpulkan kami kelak di syurga-Mu, ya Allah."

"Hani...," Ibu memanggilku begitu membuka pintu kamar dan menyaksikan putrinya tengah bersimpuh di samping jasad suaminya. Ibu merengkuh bahuku dan menariknya dalam dekapan.

"Azam sudah tiada?" Tanya ibu. Aku menjawabnya dengan anggukan. 

"Ikhlaskan, nak. Sabar...kamu harus sabar," ucap ibu menguatkanku. Dielusnya kepalaku. Tubuhku makin berguncang.

***

Jamaah membludak sampai ke halaman mesjid. Mereka tengah memyolatkan dan melangitkan doa untuk Abi. 

"Mutiara itu telah pergi bersama dengan ilmunya. Sungguh merugi bagi kita yang belum sempat mendapat secuil ilmu dari samudera ilmu yang dimilikinya." bisik jamaah yang sempat kudengar.

Ya, mutiara adalah gelar yang sangat layak disematkan pada Abi. Seorang ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk ilmu dan mendidik umat. Sepanjang hayatnya, beliau tak pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Hidupnya berkah dan dipenuhi dengan aktivitas menuntut ilmu, mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya.

Sungguh kepergian seorang ulama menyisakan kependihan yang mendalam. Kini berkurang sudah pendidik umat. Umat yang tengah terpuruk dalam jurang kelalaian. 

"Ya Allah, semoga dari rahimku dan pengasuhanku, lahir kembali calon ulama-ulama yang akan membersamai umat menuju cahaya-Mu" doaku lirih.

Bandung, 9 Juli 2021

Mari kita langitkan doa bagi ratusan ulama yang telah wafat di tahun ini. Semoga Allah melindungi umat ini dan menggantikan ulama-ulama yang telah wafat dengan ulama-ulama Mukhlis lain yang membersamai.umat menuju cahaya-Nya. Al Fatihah.

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama