PETAKA GADIS DESA

 PETAKA GADIS DESA

------------------------------------

WARNING!

(Kisah 21+. Bocil minggir ...!)

"Ada barang bagus, Bos. Langsung dari desa. Masih fresh!" ucap Bobby kepada pria berdasi yang duduk di depannya.

Pria bernama Leon itu tersenyum, lalu melemparkan segepok uang di meja. "Kerja bagus! Aku akan mencobanya lebih dulu. Setelah itu, paksa dia melayani tamu seperti yang lainnya!"

Leo adalah pemilik sebuah diskotek terkenal di Jakarta. Klub malam tersebut hanya sebagai kedok untuk menutupi usaha haramnya. Ia menjual narkoba dan juga menjadikan gadis-gadis muda sebagai seorang pelacur.

Sore itu, Bobby melihat Rasti sedang berdiri di depan diskotek tempatnya bekerja. Pria yang dikenal sebagai Papi Bob itu menghampiri Rasti.

POSTINGAN POPULER:

"Cari siapa, Neng Cantik?"

"Cari kerja, Om. Di sini terima lowongan nggak?" tanya gadis berhidung mancung itu.

Bobby mengamati Rasti dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia menyunggingkan senyum licik penuh kemenangan. Rasti yang tinggi, berkulit putih, dan tubuh seksi, membuat Bobby sedikit berimajinasi nakal dengan gadis itu.

"Sempurna! Dia bisa menjadi ladang uang bagiku!" Bobby bermain dengan batinnya.

"Jadi gimana, Om? Ada kerjaan buat saya?" tanya Rasti sambil sibuk membetulkan tas di pundaknya.

"Buat gadis secantik kamu pasti ada. Jangan panggil om, panggil saja Papi Bob atau Papi saja. Kamu dari mana?"

"Saya dari Pandeglang, Banten. Nama saya Rasti, Om, ehh, Papi."

"Mau kerja apa saja, 'kan?" Bobby melangkah mengitari Rasti. Matanya menatap lekuk tubuh gadis itu dari belakang.

"Apa saja, Pi. Saya sengaja ke tempat ini. Dulu Kakak saya juga kerja di sini, tapi sekarang sudah tidak lagi," ucap Rasti penuh keyakinan.

Bobby merasa ini adalah hari keberuntungannya. Ia tidak perlu menghasut Rasti dengan iming-iming kemewahan, seperti yang ia lakukan terhadap gadis-gadis polos sebelumnya.

Gedung berlantai tiga itu dilengkapi dengan fasilitas yang memanjakan para pengunjung. Lantai dasar menyediakan restoran mewah bernuansa Eropa. Lantai dua adalah tempat para tamu berdansa ditemani alunan musik dari DJ ternama setiap harinya. Di lantai atas, terdapat beberapa kamar dengan fasilitas tak kalah dari hotel bintang lima.

Malam itu, Leon yang setengah mabuk meminta Bobby untuk membawa Rasti ke kamar pribadinya. Sebuah ruangan khusus yang berada di lantai tiga. 

"Ingat! Kalau kamu bisa layani Bos Leon dengan baik, maka kamu bisa jadi jutawan dalam semalam." Bobby berbisik kepada Rasti saat berada di lift menuju lantai tiga.

Gadis desa itu hanya mengangguk seraya memaksakan senyum di bibir tipisnya. Rasti sedikit gugup, terlebih ia mendengar selentingan bahwa Bos Leon suka bermain kasar saat di ranjang. Kabar itu ia dapatkan dari beberapa gadis yang baru dikenalnya di tempat itu.

"Masuk ...!" Terdengar jawaban lantang dari dalam kamar saat Bobby mengetuk pintu.

"Bos, ini Ras—"

"Udah, udah! Kamu keluar!" Leon mengibaskan satu tangannya kepada Bobby.

Pria berkulit legam itu memandang Rasti bak binatang buas yang ingin memangsa buruannya. Ia mendekat ke arah gadis itu sambil membuka jas dan kemeja di tubuhnya. Kini, Leon bertelanjang dada, memperlihatkan perut buncitnya.

Rasti bergeming, ia hanya menunduk, tak berani menatap pria di hadapannya. Tubuh gadis cantik itu sedikit gemetar seraya mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan gugup gitu, Sayang! Mungkin ini bisa membuat kamu sedikit rileks!" Leon mengambil beberapa lembar uang dari saku celananya, lalu melemparkan ke wajah Rasti.

Bos narkoba itu memeluk paksa Rasti dari belakang. Tangan kasarnya mulai menjamah bagian pinggang hingga dada gadis itu. Leon menciumi tengkuk Rasti dan memainkan lidahnya di telinga gadis bertubuh sintal itu.

POSTINGAN POPULER:

Aroma alkohol dari bibir Leon, membuat Rasti sesekali menahan napasnya. Ia tak sedikit pun menikmati sentuhan dari pria tersebut. Hingga, satu gerakan dari Leon membuatnya merintih kesakitan. Pria kaya itu meremas dua gundukan berwarna gading milik Rasti dengan kasar.

Leon tidak bisa menahan nafsu yang sudah menguasai pikirannya. Ia ingin segera menuntaskan hasrat liarnya kepada gadis cantik dan polos itu. Dengan kasar, Leon mendorong Rasti ke ranjang berukuran besar  di kamar itu.

Rasti yang dalam posisi telungkup tak sempat untuk berbalik. Leon dengan sigap menindih dan merobek baju Rasti dari belakang. Ia dengan beringas mencium punggung hingga leher mulus gadis itu.

Leon membuka celana yang ia kenakan, lalu membalikkan tubuh Rasti dengan kasar. Pria berkumis tebal itu menarik paksa baju gadis desa itu. Rasti hanya pasrah dan terpaksa tersenyum menatap pria yang saat ini menindihnya.

Tubuh Rasti kini tak terbalut sehelai benang pun. Leon beberapa kali menelan paksa air liurnya saat melihat lekuk tubuh Rasti. 

"Aggrrhhh ...."

Teriakan Leon membuat Bobby dan dua penjaga di balik pintu saling menatap dan tersenyum. Sudah menjadi hal biasa yang mereka dengar, saat bos besar itu bermain dengan para gadis.

Bukan hanya teriakan. Akan tetapi, sebuah suara bantingan di pintu terdengar oleh mereka.

"Gila! Sampai kayak gitu si bos. Tumben-tumbenan!" seru salah seorang pengawal berbadan kekar.

"Udah biarin aja! Itu tandanya, bos happy dan kita bakal kecipratan bonus, yaa, 'kan?" Ucapan Bobby membuat mereka tertawa bahagia. 

Hening ....

Tawa di bibir ketiga pria itu mendadak sirna. Mereka saling menatap, seiring cairan merah yang mengalir deras dari bawah pintu. Bobby  membungkukkan badannya, lalu menempelkan telunjuknya pada cairan merah kental tersebut.

"Darah ... buka pintunya!" seru Bobby dengan wajah panik.

Ketiga pria itu membuka matanya lebar-lebar, tak percaya dengan pemandangan mengerikan di depan mereka. Leon terkapar tanpa kepala dengan bekas cakaran di sekujur tubuhnya. Hal yang paling mengerikan adalah, kepala Leon bertengger manja dengan mata melotot di ranjang mewah kamar itu.

Dua pengawal pribadi Leon mencari keberadaan Rasti. Namun, mereka tak menemukan gadis cantik itu di setiap sudut ruangan. Bobby melihat ada sesuatu yang aneh di seprai putih ranjang itu. Beberapa helai bulu halus dengan beragam corak.

"Bulu harimau! Siapa gadis itu sebenarnya? Jangan-jangan dia ...." Bobby seketika menutup mulut dengan kedua tangan, tak berani melanjutkan ucapannya.

TAMAT

            Author

Tampan Tanpa Batas

------

"Kok, tamat, Bang? Masa ceritanya ngegantung gitu!" protes beberapa pembaca.

Gue jawab, "Giliran beginian aja ... rame!"

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama