Pagi setelah bikin kue niat hati mau rehat sejenak tapi ada teman nanya,
" mbak bisa buat kue bolu ta?"." bisa mbak, rencana buat kapan?".
" sekarang mbak".
"Ok".
Akhirnya nguprek uprek bahan dan .. tara..sudah jadi.
Alhamdulillah, padahal modal nekad terima orderan. Karena memang belum pernah buat bolu sebelumnya. Tidak berselang lama anak anak juga minta dibuatkan, beruntung persediaan bahan kue ready semua. Akhirnya buat lagi sesi kedua. Setelah bolu ke dua jadi koq kepikiran iseng post di status wa siapa tahu rejeki dan ada yg pesan lagi. Ga lama kemudian triing... ada notif WA masuk.
"Mbak dijual ta?".
"Ngge mbak. Bikin klo ada yg pesen aja".
"Mau mbak satu" katanya.
Alhamdulillah rejeki ga akan kemana. Meski rada nguantuk sekali karena memang bangun dari jam 2 pagi, akhirnya capcus buat lagi sesi ketiga. Demi apa coba ? Demi dapur tetap ngebul, karena efek PPKM . Sejak awal penerapan PPKM suami lebih sering dirumah karena pabrik sepi. Ga perlu mengeluh lakukan apa yg bisa kita lakukan. Selalu mencoba bersyukur apapun yg terjadi. Haqul yakin Allah ngga akan memberi kesulitan diluar batas kemampuan hambaNya.
Hari ini alhamdulillah masuk orderan bolu pandan lagi.
"Mas, perutku sakit banget. Rasanya aku mau lahiran". Teriak istriku membuyarkan lamunanku malam itu. Entah kenapa beberapa hari ini aku merasa gelisah. Kupikir dengan berselancar didunia maya sedikit mengurangi kegelisahanku, nyatanya malah makin membuatku gusar. Bagaimana tidak banyak RS penuh hingga menolak pasien. Aku takut bagaimana nanti jika Rina istriku melahirkan. Apa ia juga akan mengalami penolakan2 dr rumah sakit juga?. "Ya Allah mudahkanlah segala urusan kami". Aku terkejut dan lari menghampiri istriku dikamar.
"Ayo dek kita langsung ke bidan".
Bergegas kami menuju rumah bidan terdekat, tapi sayangnya bu bidan tidak ada ditempat. Akhirnya kamipun langsung menuju rumah sakit terdekat sejauh 5 Km dari rumah kami. Sesampai di rumah sakit aku menuntun Rina menuju pelataran IGD kulihat pihak security rumah sakit mendekat.
"Selamat malam pak, mohon maaf sebelumnya kami sudah tidak bisa menerima pasien lagi dikarenakan bed RS sudah penuh".
"Tapi pak apakah tidak bisa? Ini urgent pak. Istri saya sudah mau lahiran".
"Iya pak. Mohon maaf sekali kami tidak bisa menerima pasien lagi. Sekali lagi maaf. Coba bapak ke RS B jaraknya kurang dr 2 KM dari sini".
"Ya sudah pak, terima kasih".
Bergegas menuju RS B namun disana pun kami mengalami penolakan. Kulihat istriku semakin pucat dan lemah. Aku merasa bingung dan takut. Berkeliling mencari RS di kondisi seperti ini membuat istriku tampak makin kelelahan. Sudah 4 RS yg kami datangi dan berakhir sama yakni penolakan. Aku putus asa. Teringat sahabatku yang menjadi pamong didesa kami. Langsung aku menelponnya hendak meminta bantuan sambil menguatkan Rina aku menelpon Hendi sahabatku.
" Assalamualaikum Hen, maaf ganggu waktu istrirahat kamu. Boleh aku minta tolong, ini Rina mau lahiran dan aku sudah keliling 4 rumah sakit namun hasilnya nihil. Bisa cari info RS mana yang masih menerima pasien?".
" loh, kamu gimana sih koq ga nanya aku dulu sebelum berangkat tadi. Kan sudah aku bilang sekarang RS banyak yang menolak pasien karena terlalu banyak korban covid, sekarang posisi dimana? dan kamu tadi berangkat naik apa?"
" Ga tau Hen aku panik. Padahal HPL nya masih seminggu lagi dan aku pikir bu Dewi bidan sebelah rumah mu masih terima pasien. Nyatanya beliau sedang tidak ada ditempat dan kami naik motor, sekarang posisi di RS D".
" ya sudah tunggu disitu. Saya coba telp dan cari info secepatnya menuju ke tempatmu. Tunggu ya".
" ya"
Hari menjelang subuh hampir 6 jam Rina menahan rasa sakit yg teramat hingga hampir saja pingsan. Tak lama kemudian Hendi datang dengan memakai mobil siaga desa kami.
" ayo, aku dapat info RS E masih menerima pasien bumil meski jaraknya agak jauh. Yang penting istri dan anakmu selamat. Sementara sepeda motor mu biarkan disini titipkan saja"
"Iya, terima kasih Hen".
Bergegas menuju RS E dan begitu sampai istriku langsung ditangani, kondisi nya sangat lemah. Aku sangat khawatir, tak kupedulikan lagi masalah biaya saat dokter bilang akan mengambil tindakan SC karena kata dokter Rina sudah sangat lemah untuk melahirkan secara normal dan juga calon buah hati kami detak jantungnya tidak terdeteksi. Aku pasrah dan meminta penanganan yg terbaik. Mengingat perjuangan Rina untuk hamil sangatlah tidak mudah. Iya, ini kehamilan istriku yang pertama setelah 8 tahun kami menikah. Menunggu hampir 2 jam akhirnya dokter keluar dari ruang operasi.
" iya dok"
" bapak yang sabar ya. Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan nya putra bapak. Sebelum dilahirkan benar dugaan kami, putra bapak sudah meninggal"
Seluruh persendiaanku terasa lemah dan aku merasa terpukul karena merasa gagal menjadi suami siaga buat istri dan calon buah hati kami. Belum beranjak dokter pun mengatakan klo kondisi Rina pun kurang baik. Hendi yang selalu berada disampingku menguatkan aku dan membantu pengurusan jenazah bayi ku.
Hari ini Rina sdh dipindahkan ke ICU. Kondisi nya makin memburuk. Aku sangat khawatir sdh 2 hari sejak keluar dari ruang operasi dia sama sekali belum sadar. Sore hari ini perawat memanggilku dan meminta untuk menuntun Rina. Aku syok dan berlari menghampiri nya.
"Dek.. maafin mas, mas ikhlas klo kamu mau menyusul Adi bayi kita. Pergilah sayang klo kamu merasa ga kuat. Engkau istriku terbaik mas ikhlas" kubisikan ditelinga nya dan menuntunnya bersyahadat. Kulihat istriku menitikkan air mata dan tersenyum. Wajahnya teduh dan dia telah pergi menyusul putra kami.
Innalillahi wa innailahi rojiun.
Terinspirasi dari kisah nyata.