Malam Jumat Kliwon

 Waktu memang tak terasa kalau dipakai nongki bareng temen. Jam sudah menunjukan pukul dua belas kurang sebelas. Hasilnya berati satu kalau tak salah. Tapi kalau salah juga tak apa-apa. Karna memang sudah kodratnya lelaki selalu salah. 

Sudah terlalu larut untuk pulang ke rumah. Apalagi jalan menuju rumahku terkenal gelap dan angker. Kalau Malam Jumat lebih parah lagi. Ditambah Malam Jumat Kliwon semakin seram. Dan kabar buruknya, sekarang memang Malam Jumat Kliwon. 

Maju mundur kena. Pulang, takut dicegat Mba Uti atau Om Ocong. Bisa trauma berhari-hari. Tak pulang, takut Nyonyah marah. Bisa-bisa sebulan tak diberi jatah. Jatah makan sama kopi maksudnya. Aku kudu piye? 

Akhirnya kuteguhkan hati untuk kuat. Aku lelaki. Tak boleh kalah oleh mahluk astral yang tak jelas bentuknya. Boleh saja bentuk mereka seram. Tapi aku kan ganteng. Masa orang ganteng kalah sama yang seram. Malu dong sama Om Wowo. 

Ku-cek kondisi motor matic-ku. Ban aman. Bensin full. Mesin, belum lama kok ganti oli. Semua dalam keadaan sehat. Jadi kemungkinan mogok hanya dua puluh persen lah. 

Kecuali ada yang main curang, minum bensin sambil ngunyah aki misalnya. 

POSTINGAN POPULER:

Setelah mengumpulkan semua aura positif, segera kupacu kuda besiku masuk ke gang kampung menuju rumah. Suasana memang sangat sunyi dan mencekam. Suara lolongan anjing terdengar sahut-menyahut. 

Dingin menyergap tubuhku saat semakin jauh motor melaju. Aku terus mensugesti diri bahwa semua akan baik-baik saja. Tak mungkin manusia ganteng kalah dengan mahluk tak kasat mata. Namun, seketika motorku oleng saat melihat kerumunan mahluk-mahluk yang menyeramkan itu. Mereka berkerumun di pinggir jalan tanpa menggunakan masker. Ga takut sama satpol pp apa mereka? 

Segera kupacu sepeda motorku agar secepatnya menjauh dari kumpulan mahluk yang terus menatapku seolah terpesona pada ketampananku. Namun jujur keringat dingin sudah membanjiri tubuhku. Mungkinkah aku demam panggung?

Bahkan beberapa kali motorku hampir terjatuh karna tanganku begitu lemas dan bergetar hebat. Tapi untung saja aku masih ingat untuk membaca beberapa ayat yang kuingat. Benar saja, mereka tetap diam di tempat dan tak ada satu pun yang berusaha mengejarku. 

"Bang, agak pelan dikit. Saya udah mau sampe." Sebuah suara mengagetkanku terdengar tepat di belakang telinga. 

Jangkrik! pantesan berat, padahal ada yang numpang. 

"Makasih ya, Bang tumpangannya. Saya lagi males foto bareng sama fans saya yang tadi. Oia, lain kali hafalannya dibenerin ya. Masih banyak yang salah hihihihi ...."

Timit

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama