Kakak Iparku, Bendahara Keluarga.

 Cerpen seru dan menyentuh, menceritakan kehidupan sehari-hari. Baca dan ikuti alur ceritanya yang menyentuh.

"Heran deh, suami istri kerja semua, 

tentu banyak duit, tapi kok rumah saja sudah kelihatan kusam gitu. Buat apa duitnya coba?" Ini baru salah satu dari puluhan komentar miring pada Kakak Iparku. 

Benar sekali, dibandingkan dengan saudara yang lain yang berjumlah lima orang, Kakak Iparku yang pertama ini terbilang paling sederhana. Saat benerapa adiknya sudah punya mobil, dia masih saja bertahan dengan motor lamanya. Saat keponakannya memakai motor terbaru, Anak-anaknya memakai motor bekasnya. Begitupun kalau lebaran tiba, adik-adiknya memakai sarimbit, dia dan keluarganya tidak memakai baju baru.

Bahkan beberapa saudara ada yang bilang kalau dia pelit terhadap diri sendiri. Aku sebagai adik yang baru, saat itu hanya mendengarkan dan melihat. Memang benar sih, isi rumahnya juga biasa saja. Dapur biasa nggak pakai kitchen set yang bagus, kulkas sudah karatan, terlebih lagi kasur sudah keras, nggak ada empuk-empuknya sama sekali. Bisa dibilang nggak menikmati hidup. 

***

POSTINGAN POPULER:

"Dek, Kak Wisnu menyuruhku datang ke rumahnya. Mau ikut apa tidak?"

"Nggak deh Mas. Aku mau  merapikan isi lemari sudah berantakan."

Suamiku pergi ke rumah Kakak Ipar pertama, Mas Wisnu. Kuakui hubungan persaudaraan mereka dekat. 

Hampir satu jam suamiku sudah pulang, agak lama karena jarak ke rumahnya cuma 5 menit naik motor.

"Dek, aku mau ngomong. Sini sebentar."

"Kayaknya ada yang penting ya Mas?"

"Gini, Mas Wisnu punya uang yang nggak kepakai sebanyak 70 juta. Suruh dipakai dulu sama kita."

"Hutang Mas? Buat nambah usaha? Nggak mau lah. Sudah kita seperti ini saja. Kalau mikir cicilan  rasanya aku nggak nyaman."

"Bukan buat nambah modal. Tapi buat mendaftar haji. Kita punya uang berapa di rekening?"

"Ohh, kalau buat  mendaftar haji aku sih setuju. Tapi nanti bayarnya gimana? Di rekening ada sekitar 25 juta, tapi di rumah  sekitar 5 juta."

"Berarti kita pinjam 30 juta sudah cukup. Bayarnya kalau kita punya uang lah Dek, kayak nggak tahu Mas Wisnu saja. Tahu sendiri sekarang antrian lama sekali, jadi Kak Wisnu ingin kita mendaftar dulu. Setelah kita nanti juga adik-adiknya yang lain. Gantian."

"Okey deh, kalau misal kita mati tapi belum lunas kita masih ada aset yang ditinggal juga. Insya Allooh, aman."

Akhirnya kami mendaftar haji dengan pinjaman dari Kakak Ipar. Hanya 5 bulan pinjaman sudah lunas. Sangat dimudahkan. 

***

POSTINGAN POPULER:

"Dani sebentar lagi wisuda, butuh banyak uang untuk bayar ini itu. Orderan lagi sepi juga." Keluh Mas Reno Kakak Iparku yang kedua pada suamiku. 

"Aku juga nggak punya stok uang nganggur. Orderan lencar, bayaran ngadat."

"Ya sudah, aku ke rumah Kak Wisnu saja."

Beberapa hari kemudian. 

"Gimana Mas? Sudah beres urusan wisudanya?" Tanyaku pada Mas Reno. 

"Sudah, semua pembayaran susah langsung ditransfer ke Dani sama Wisnu."

"Syukurlah."

***

Salah satu keponakan akan disunat, Kakak Iparku jelas ikut mengantarnya. Waktu itu hanya menggunakan satu mobil yang berisi 5 orang ke rumah Khitan. Bisa ditebak, Kakak Iparku yang membayar biaya sunatnya, uang yang sudah disiapkan diberikan kepada keponakannya. 

Itulah Kakak Iparku, masih banyak lagi cerita tentang dia. dan aku bangga kepadanya. Bagaimana dengan istrinya? Karakternya sama, sebagai Kakak pertama sangat ngemong dengan adik-adiknya. Biarlah orang lain berkomentar sesuka mereka. Mereka belum tahu saja bagaimana Kakak Iparku sesungguhnya, si bendahara keluarga.

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama