#cerpen
Sejak dahulu, cinta Syahrul Anam hanyalah satu. Tak ada selain perempuan yang sangat dicintainya, Rani Abdullah. Meskipun banyak wanita silih berganti dekat dengannya, tak ada satu pun yang bisa menggantikan Rani Abdullah di hatinya.
Syahrul Anam memeluk kekasihnya setelah mereka memadu kasih, sementara Rani Abdullah masih bersandar di dadanya. Syahrul menciumi rambut kekasihnya. Hanyut Syahrul Anam dalam lamunan kesedihan masa lalu.
"Aku adalah Arif Abdullah, orang paling kaya di Kota ini, orang paling terpandang di Kota ini,"
"Aparat, pejabat, dan para preman keparat, semua memberiku hormat. Karena aku punya martabat,"
"Jadi sudahi mimpimu untuk menikahi Putriku satu-satunya, Rani Abdullah," itulah ucapan Ayah Rani Abdullah, yakni Arif Abdullah, yang tak akan pernah hilang dari ingatan Syahrul Anam.
Arif Abdullah adalah orang paling kaya di Kota. Mulai dari restoran, tempat hiburan malam, lahan parkir, hingga properti, menjadi pundi-pundi kemakmuran Arif Abdullah sejak tahun 1980-an.
Arif Abdullah sangat menjaga keluarganya dengan baik, terutama anaknya, Rani Abdullah. Dia ingin anaknya memiliki masa depan yang bagus.
Tentu salah satu caranya adalah Rani Abdullah harus punya suami yang bibit, bebet, dan bobotnya bagus. Laki-laki yang sederajat dan bermartabat. Syahrul Anam, bukanlah orang yang Arif Abdullah inginkan. Syahrul Anam hanyalah pegawai kantoran biasa.
"Apakah yang kita lakukan ini dosa?" Rani Abdullah memecah suasana, menyadarkan kembali dari lamunan dan kenangan.
"Do-Dosa? tentu tidak sayangku,"
"kenpa tidak? bukankah kau sudah punya Istri, dan aku punya Suami?"
Rani Abdullah dijodohkan dengan sahabat Ayahnya dan akhirnya dinikahkan. Sedangkan Syahrul Anam menikah dengan teman sekantornya.
Rani Abdullah, menikah karena tidak ada pilihan lain, kecuali menuruti perintah Arif Abdullah. Sedangkan Syahrul Anam harus segera menikah karena orang tuanya sudah ingin menimang cucu.
"Aku mencintaimu sejak dulu, kau pun begitu. Jadi, ini bukan dosa," jawab Syahrul Anam.
"Aku telah beristri, kau pun bersuami, Pernikahanku karena keadaan, kau pun sama. Aku menikah tanpa cinta, kau pun juga. Siapa yang memberi rasa cinta di hatiku? di hatimu? dan semua orang di dunia ini?" Syahrul Anam balik bertanya.
"Tuhan," jawab Rani Abdullah.
"Benar, Tuhan, lalu kenapa Tuhan memisahkan dua orang yang salin mencintai? kenapa Tuhan memberiku pernikahan tanpa cinta? kenapa Tuhan memberimu juga hal yang sama? Semua ini memang sudah takdirnya,"
"Jalanilah pernikahanmu dan keluargamu, aku juga akan menjalani pernikahanku dan keluargaku. Tapi kita harus tetap menjaga cinta yang diberikan Tuhan. Cinta itu suci, Tuhan itu Maha Suci. Tuhan memberika kita berdua cinta, maka yang kita lakukan bukanlah dosa." Syahrul Anam menutup penjelasannya dan memeluk Rani Abdullah semakin erat.
"Syahrul Anam, kasih dan cintaku, jadi ini bukanlah dosa?"
"Rani Abdullah, pujaan hatiku, tentu bukan. Ini cinta, bukan dosa,"
"Jadi, kita bisa melakukannya lagi?" Rani Abdullah kembali bertanya.
Kedua sejoli kembali bercinta. Mereka bahagia. Karena cinta, bukanlah dosa.