KEHORMATAN ADIKKU DIRAMPAS SAUDARA TIRI Episode 01

Episode 01

#Diambil_Dari_Kisah_Nyata

"Tidak mungkin! Tidak mungkin anak saya melakukan hal itu!" teriak Tante Susan histeris saat beberapa orang polisi menjemput paksa putranya.
"Kita akan mendengarkan keterangannya di kantor polisi," jawab salah satu anggota kepolisian.
Para petugas kepolisian itu memasukkan Riko ke dalam mobil, dan membawanya pergi.
"Pa, Tolong dia! Riko tidak mungkin tertarik pada gadis gila itu!" ucap Tante Susan sambil menggoncang lengan Pak Hendra, suaminya.
Pak Hendra tak langsung menjawab. Dia terkejut bukan main saat mendengar Khalisa, putri kandungnya sendiri menjadi korban pemerkosaan, dan tiba-tiba saja polisi datang ke rumah mereka.
"Tenang, Ma. Ayo kita pergi ke kantor polisi sekarang," ucapnya kemudian, dengan perasaan campur aduk.

Foto oleh cottonbro dari Pexels

POSTINGAN POPULER:

Mereka mengeluarkan mobil dan bergegas menuju kantor polisi tempat putra mereka dibawa.
Di waktu yang sama Shakila seketika bangkit dari duduknya ketika para anggota kepolisian menggelandang tiga orang yang terduga melakukan perbuatan keji itu pada adiknya.
Shakila menatap tajam wajah mereka satu-persatu, khususnya Riko, saudara tirinya itu. Dalam hati Shakila bersumpah, tidak akan pernah melepaskan mereka bertiga.

Riko dan kedua orang temannya, Tomi dan Anton dibawa masuk untuk memberi keterangan. Beberapa saat kemudian orang tua mereka datang berbondong mengikuti mereka mereka masuk.

Tiba-tiba ....
PLAK!
"Jadi kamu yang melaporkan anak saya?" tanya Tante Susan setelah mendaratkan tangannya di pipi Shakila begitu melihat Shakila berdiri di sana.
Shakila tak menjawab. Dia memegang pipinya yang panas, sambil menatap tajam Ayahnya yang berdiri di samping Tante Susan dengan wajah gusar.

"Khalisa anak kandung Ayah, apa Ayah akan diam saja?" tanyanya pada pria yang pernah membesarkannya itu.
Pak Hendra terlihat bimbang mendengar pertanyaan putrinya itu.
"Kurang ajar kamu, ya? Riko tidak mungkin tertarik pada adik gilamu itu!" ucap Tante Susan lagi sambil mendorong kepala Shakila dengan telunjuknya.
"Sudah, Ma. Ayo masuk," ucap Pak Hendra, sambil menarik tangan istrinya masuk ke dalam.
Syakila kembali di kursi tunggu kantor polisi dengan hati hancur. Sejak menikah lagi, Ayahnya sama seki tidak peduli dengan kehidupan mereka. Apa kali ini dia juga akan diam saja?
"Karena kasus ini akan dibawa ke pengadilan oleh para orang tua terduga, Nona juga harus menyewa seorang pengacara," ucap petugas kepolisian pada Shakila.
"Pengacara? Bukankah mereka sudah terbukti melakukannya, Pak?" tanya Shakila.
"Masalahnya para terduga masih di bawah umur, dan mereka terpengaruh minuman keras. Bisa jadi kasus ini hanya dianggap sebagai kenakalan remaja."
Kenakalan remaja? Apa mereka bisa membebaskan pelaku yang sudah berbuat begitu kejam hanya dengan alasan itu? Apa karena mereka anak orang-orang kaya? Ini tidak adil!

Shakila berjalan keluar dari kantor polisi dengan langkah gontai. Dia benar-benar bingung, dari mana dia akan mendapatkan uang untuk menyewa seorang pengacara?
Di tengah kebimbangan, tiba-tiba gawainya berdering. Panggilan masuk dari rumah sakit.

"Halo?
"Kondisi pasien atas nama Khalisa Maharani kembali menurun. Bisakah Anda ke rumah sakit sekarang?"
"B-Baik, Suster!"
Shakila bergegas memanggil taksi, lalu meluncur ke rumah sakit secepatnya.
"Jangan! Jangan! Sakit! Sakit!"
Shakila sudah bisa mendengar teriakan adiknya begitu memasuki koridor di mana kamar rawat adiknya berada.
Shakila langsung masuk ke dalam ruangan. Terlihat Khalisa sedang meronta dari Suster saat akan memberinya obat.
"Kakak!" Khalisa langsung memeluk pinggang Kakaknya itu begitu Shakila mendekat.
"Sudah, tidak apa-apa. Kakak ada di sini," ucap Shakila sambil memeluk adiknya erat, lalu mengelus lembut rambutnya.

Suster menyuntikkan obat ke selang infusnya begitu Khalisa tenang. Perlahan, Khalisa mulai tertidur di pelukan Shakila.
Shakila membaringkan tubuh adiknya perlahan, dengan hati perih. Diusapnya wajah Khalisa yang penuh dengan luka lebam. Adiknya pasti sangat ketakutan. Dia pasti tidak mampu berpikir apa yang sedang dialaminya. Hanya takut dan sakit. Itu yang adiknya rasakan.

Shakila mengetuk ruangan kantor bos tempat tempat dia bekerja sebagai cleaning service. Hari ini dia harus meminjam uang dari bosnya itu, untuk menyewa seorang pengacara.

"Masuk!" terdengar suara dari dalam.
Shakila perlahan membuka pintu dan melangkah masuk. Terlihat seseorang sedang duduk di kursi hitam menghadap jendela, membelakanginya.
"Permisi, Pak Rafka," ucap Shakila ragu-ragu.

Orang itu memutar kursi menghadap ke arah Shakila. Mata Shakila sedikit membulat. Rupanya bosnya itu masih sangat muda. Selama bekerja di sana, dia memang belum pernah bertemu langsung dengan bosnya itu, hanya tahu namanya saja, Rafka Hartawan.

"Ada masalah apa?" tanyanya sambil memperhatikan Shakila.
"Begini, Pak," jawab Shakila ragu-ragu. "Kalau boleh ... saya ingin meminjam uang pada Bapak."
"Meminjam uang?" Rafka mengulangi ucapan Shakila seraya mengerutkan kening.
Shakila perlahan mengangguk.
"Tidak usah meminjaminya uang!"

Mereka berdua menoleh. Mata Shakila membulat melihat seorang wanita cantik berambut panjang masuk ke dalam ruangan itu dan mendekat ke arah mereka.

"Agnes?" lirih Shakila, karena ternyata dia adalah Agnes, adik dari Riko. "Sedang apa kamu di sini?"
Agnes tersenyum miring, dan dengan percaya dirinya duduk di paha Rafka dan merangkulnya mesra.
"Aku pacarnya Rafka," ucapnya sombong.
Rafka terlihat canggung saat Agnes melakukan hal itu di depan Shakila. Dia mendorong pelan Agnes dan perlahan berdiri. Agnes seketika merengut.
"Kenapa dia tidak boleh meminjam uang?" tanya Rafka pada Agnes.
"Dia memfitnah kakakku sudah menodai adiknya," jawab Agnes sambil melirik tajam pada Shakila.
"Apa?" Rafka mengerutkan kening. "Jadi Kakakmu ...."
"Adik dia itu gak waras! Dia pasti sudah melakukan hal gila pada mereka ...."
"Cukup, Agnes!" sahut Shakila, tak bisa tahan lagi saudari tirinya itu menghina Khalisa. "Sudah cukup kalian merampas Ayah kami, dan sekarang menghina kami!"
Shakila mengarahkan pandangan pada bosnya.
"Jika tidak boleh mendapatkan pinjaman, saya permisi," ucap Shakila sambil mengangguk hormat dan beranjak pergi.
"Sudah, menyerah saja!" ucap Agnes, yang membuat Shakila menghentikan langkah. "Tomi dan Anton keduanya anak pejabat, kamu tidak akan menang."
Shakila menoleh ke arah Agnes.
"Kalau anak pejabat bisa berbuat sesuka hatinya, apa gunanya hukum di negeri ini?" ucapnya tajam, lalu melanjutkan langkah meninggalkan ruangan itu.

Shakila berjalan dengan mengepalkan kedua tangan. Jika hukum tidak bisa memberikan keadilan untuk adiknya, maka dia sendiri yang akan memberikan hukuman setimpal dengan tangannya sendiri. Dia bersumpah!


Baca episode 02

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama