IStriku Yang Bisu
Pagi itu, Andra baru saja sampai di perusahaan yang baru saja berkembang selama 2 tahun belakangan, Mahendra Grup. Andara membangun perusahaan ini sebagai pembuktian bahwa dirinya bisa sukses tanpa rongrongan keluarganya yang selalu menghina dan mencaci dirinya.
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
"Selamat pagi, Pak Andra." sapa seorang security, Andra hanya menganggukkan kepala nya dan melanjutkan langkahnya.
Saat hendak menaiki lift, fokus Andra terpecah pada seorang gadis yang tengah menjadi sasaran bullyan karyawannya. Andra menghela napas pelan, kenapa virus bullying sangat sulit di hilangkan dari sifat manusia? Karena kasihan melihat kejadian itu, Andra pun menghampiri kerumunan.
Saat langkahnya kian mendekat, Andra seperti merasakan sesuatu yang berbeda. Dada nya berdebar dan terasa desiran-desiran halus saat dirinya mendekati kerumunan.
"Ada apa ini? Apa kalian di gaji untuk membully yang lemah? Jika kalian sudah bosan bekerja disini, silahkan keluar. Saya tidak akan rugi kehilangan karyawan tak punya adap seperti kalian semua." perkataan Andra langsung saja membubarkan kerumunan, Andra adalah Bos yang sangat jarang marah. Pria itu selalu menghadapi semuanya dengan tenang, namun sikap dinginnya membuat para karyawan hormat padanya.
Setelah kerumunan itu bubar, Andra berjongkok dan menghampiri orang yang menjadi sasaran bullyan itu.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Andra, bukannya menjawab gadis itu mengambil sebuah buku kecil dan pulpen dan menulis sesuatu di sana.
"Terima kasih, Pak. Saya baik-baik saja," tulisnya.
Andra tersenyum senang membacanya, syukurlah jika gadis itu baik-baik saja.
"Baiklah, kau bisa melanjutkan pekerjaan mu." Andra berlalu begitu saja setelah membantu gadis itu berdiri, pria itu segera masuk ke dalam lift untuk menuju ruangannya.
Waktu berjalan dengan cepat, sudah seharian ini Andra berkutat dengan berkas-berkasnya. Pria itu pun memutuskan untuk pulang, meskipun lebih nyaman jika berada di kantor.
Setibanya di parkiran, Andra kembali melihat gadis itu yang hendak mengendarai motornya. Namun lagi-lagi kesialan menimpa gadis itu, motornya sengaja di buat kempes dan gadis itu terlihat sangat sedih. Melihat kesedihan di wajah gadis itu, Andra pun berjalan mendekatinya.
"Ada apa? Kenapa ban motor mu bisa kempes semua?" tanya Andra, gadis itu kembali menulis sesuatu di buku kecilnya.
"Saya tidak tau, Pak. Tiba-tiba saja kedua ban motor saya kempes, saya jadi bingung harus pulang dengan apa." tulis gadis itu, wajahnya terlihat begitu sedih.
Andra menganggukkan kepalanya mengerti, pria itu memanggil salah seorang security untuk membawa motor gadis itu ke bengkel terdekat.
"Kalo begitu, kau pulang lah dengan ku. Aku akan mengantar mu, motor mu bisa kau ambil besok. Ini sudah malam, tidak baik kalo kau pulang terlalu malam." ucap Andra, gadis tampak berfikir. Tapi Andra tidak ingin menerima penolakan, pria itu menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Gadis itu tampak pasrah saat Andra membawanya masuk ke dalam mobil.
"Siapa nama mu? Apa kau baru bekerja disini?" tanya Andra,
Gadis itu mulai menulis sesuatu di buku nya, lalu menunjukkan nya pada Andra.
BARU DUA HARI, PAKAndra menganggukkan kepalanya mengerti, pria itu pun kini fokus menyetir. Tidak ada perbincangan antara keduanya, karena Alea harus menulis dulu jika ingin mengatakan sesuatu.
Meskipun bisu, Alea tidak tau bahasa isyarat. Begitu pun dengan Andra, jadi selama perjalanan hanya ada keheningan.
"Apa kau lapar?"
Alea menatap Andra sekilas, lalu menggelengkan kepalanya. Namun Andra sama sekali tidak ingin menerima penolakan, pria itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah makan sederhana. Dengan terpaksa Alea mengikuti Andra yang lebih dulu keluar dari mobil.
"Duduklah, tenang saja aku yang akan membayarnya." ucap Andra, saat melihat Alea yang hanya berdiri dan menatapnya.
Alea pun menurut, gadis itu duduk berhadapan dengan Andra. Dengan pelan gadis itu mulai memakan makanannya dengan lahap, Andra tersenyum kecil melihatnya. Melihat Alea, Andra seperti mendapat kan hidup baru. Alea bagai magnet untuknya, gadis itu tidak banyak tingkah tapi justru membuat Andra tertarik padanya.
Usai menghabiskan makanan mereka, Andra segera membayar dan bergegas mengantarkan Alea pulang ke rumahnya.
Mobil mewah Andra tepat berdiri di sebuah rumah mewah, Alea pun turun setelah sebelumnya menuliskan ucapan terima kasih pada Andra. Kening Andra mengkerut bingung, untuk apa Alea bekerja sebagai cleaning service di perusahaannya sedangkan gadis itu sendiri tinggal di rumah yang begitu mewah?
Dan tanpa di sadari, rumah Andra dan Alea bersebelahan. Andra memutuskan untuk menunggu, dan betapa terkejutnya saat tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka. Seorang wanita paruh baya dan gadis seumuran Alea keluar dan mendorong tubuh Alea hingga gadis itu jatuh tersungkur di teras rumahnya.
"Pergi lo dari sini! Apa lo gak denger apa yang Papa omongin tadi hah?! Lo itu cuma malu-maluin keluarga aja! Kalo perlu mending lo susul mama lo yang udah jadi tanah itu."
Alea hanya menangis mendengar cacian dari kedua wanita itu, Andra yang melihatnya sedari tadi menjadi tak tega. Setelah kedua wanita itu pergi dan meninggalkan Alea sendiri, Andra pun berlari menghampiri gadis itu.
Tanpa di sadari, amarah Andra naik seketika saat melihat penampilan Alea yang berantakan. Wajah gadis itu terlihat memar dan kemerahan. Andra bisa menyimpulkan jika gadis itu baru saja mengalami kekerasan.
"Berdiri lah, ayo." Alea masih tak bergeming, gadis itu hanya menangis meskipun tanpa suara.
Karena kasihan melihat keadaan Alea, Andra memutuskan membawa gadis itu ke rumahnya. Dengan telaten pria itu mengobati lebam dan kemerahan di wajah Alea.
"Terima kasih, Pak." tulis Alea, gadis itu tersenyum kecil sesaat lalu kembali terdiam.
Andra mengantarkan Alea ke kamar tamu yang ada di rumahnya, membiarkan gadis itu beristirahat.
Sementara di rumah tempat Alea di usir, Lani dan ibunya Ema tertawa senang karena sudah berhasil menyingkirkan Alea dari rumahnya sendiri. Ya, rumah itu adalah milik pribadi Alea yang diberikan papa nya saat ulang tahunnya 2 tahun yang lalu.
"Kau lihat sayang, gadis itu sangat mudah untuk kita singkirkan." ucap Ema,
"Tapi, Ma gimana kalo nanti papa tau kita udah usir Alea dari rumah ini? Mama kan tau, papa begitu menyayangi anak bisu nya itu."
"Kamu tenang aja, sayang. Karena pria itu tidak akan pulang dalam waktu dekat. Kalaupun dia pulang, dia tidak akan pulang ke rumah ini."
Ema dan Lani begitu bahagia karena telah berhasil mengusir Alea dari rumahnya sendiri, kedua perempuan tak punya malu itu kini menjadi ratu di rumah Alea.
Sedangkan Alea, gadis itu kini sudah mulai tenang. Gadis cantik itu jelas tidak terima dengan apa yang Ema dan Lani lakukan padanya. Selama ini, Alea menghormati mereka sebagai ibu dan kakak tirinya. Tapi rasa hormat Alea membuat gadis itu menjadi babu di rumahnya sendiri, apalagi sejak Yuda papa Alea yang melakukan perjalanan bisnis di dua negara.
Ceklek
Pintu kamar tamu yang di tempati Alea terbuka, Andra masuk dan memberikan salep yang baru saja di belinya pada Alea.
"Oleskan salep ini di wajahmu, dan mulai besok kamu tidak perlu bekerja lagi di perusahaan ku," ucap Andra, sontak saja Alea menatap Andra dengan penuh permohonan agar Andra tidak memecat dirinya.
"Aku hanya ingin kamu beristirahat, kamu tidak perlu khawatir. Setelah kondisi mu pulih, aku akan menceritakan semuanya padamu." Andra mengusap kepala Alea dengan lembut, pria itu pun berlalu dari kamar yang di tempati Alea.
Keesokan harinya, Andra sudah siap dengan pakaian kerjanya. Pria itu mengernyit bingung saat menatap meja makan yang sudah tertata berbagai makanan, dan secangkir kopi panas. Andra kembali di kejutkan dengan kedatangan Alea yang baru saja keluar dari dapur sembari membawa semangkuk sup panas.
"Kamu memasak semua ini?" tanya Andra, Alea menganggukkan kepala nya seraya tersenyum.
Cantik, gumam Andra.
Merasa tidak ada pergerakan dari Andra, Alea menarik pergelangan tangan pria itu dan membantunya duduk. Alea dengan cekatan menyiapkan makanan di piring Andra. Melihat kepiawaian Alea, membuat Andra tersenyum sangat senang. Belum pernah pria itu mendapatkan perlakuan spesial dri siapapun selama hidupnya, tidak juga dari ibu ataupun keluarganya.
"Aku akan makan, kau juga makanlah. Setelah ini kamu tidak perlu kemana-mana, jarak rumah mu dengan rumah ini sangat dekat. Kau bisa mengawasi mereka dari balkon kamarku bila kau mau," ucap Andra.
Alea tampak menuliskan sesuatu di bukunya, "Apa tidak apa, aku masuk ke kamar Tuan?" tulis Alea.
"Tidak apa, kau orang pertama yang masuk ke kamarku selain diriku," jawab Andra, Alea hanya menunduk malu mendengar jawaban dari Andra.
Andra meninggalkan Alea menuju kamarnya, tak lama kemudian pria itu kembali dengan membawa sebuah teropong.
"Gunakan ini untuk memantau mereka, kau baik-baik lah di rumah. Sebentar lagi ada orang yang datang untuk bersih-bersih, kau tak perlu khawatir."
"Terima kasih," tulis Alea lagi di bukunya.
