"Ayah nanti jemput Najwa yaaa pulang sekolah?"
"Iya Nak."
Biasanya pulang sekolah dia selalu pulang sendiri, kali ini dia minta jemput ayahnya, karena dia takut dikerjain oleh teman-teman sekolahnya.
Hari itu Najwa berulang tahun yang ke 13, sudah menjadi kebiasaan jika ada yang ulang tahun pasti selalu diberi kejutan yang tidak pernah terbayangkan dan tidak tertebak.
Sebenarnya Najwa ingin izin tidak masuk sekolah hari itu, tapi ada tugas Matematika yang harus dikumpulkan, dan ada tugas presentasi PPKN katanya.
Jam istirahat berbunyi, dia langsung pergi ke kantin dengan tiga orang temannya. Setelah mengisi perutnya yang keroncongan, mereka kembali ke kelas.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Bu Zahra wali kelasnya datang dengan wajah yang penasaran.
"Uang buat bayar SPP aku hilang bu," kata Adit.
"HP aku juga tiba-tiba nggak ada bu, padahal aku taruh di dalam tas, belum aku keluarin," timpal Nabila.
"Kalian sudah periksa dengan teliti?" tanya Bu Zahra.
"Sudah bu," kompak Adit dan Nabila menjawab.
"Oke, Firman kamu sebagai ketua kelas, tolong cek tas temanmu satu persatu!"
"Baik bu."
Beberapa menit kemudian, Firman yang sedang memeriksa tas Najwa berteriak "Ada di tas Najwa bu!"
Lalu berjalan ke meja guru menghampiri Bu Zahra sambil menyerahkan uang dan HP yang hilang itu.
Semua mata otomatis tertuju pada Najwa, tatapan sinis, sindiran dan umpatan-umpatan dari mereka begitu menyayat hati, terekam jelas di pikirannya.
"Dasar maling!"
"Ternyata diam-diam menghanyutkan!"
"Uang jajanmu kurang ya?"
"Jangan ada yang mau temenan sama Najwa maling!"
"Mulai sekarang kita harus hati-hati, jaga barang-barang kita dengan baik! Udah nggak aman nih kelas."
Najwa hanya terdiam dan sangat amat shock dengan kejadian itu. Dia tidak bisa membela diri, karena mereka terus saja mencacinya. Akhirnya air matanya tumpah dengan sendirinya.
Di ruang guru, Najwa, Adit, dan Nabila diminta untuk menjelaskan bagaimana kronologinya. Mereka berdua pun menjelaskan, dan Bu Zahra serta beberapa guru yang sedang berada di ruangan langsung percaya begitu saja, sementara dia tidak berbicara satu katapun akibat masih shock.
Akhirnya dia di bentak-bentak dan di maki oleh guru-guru. Dia hanya bisa menangis, mulutnya kaku tak bisa merangkai kata untuk membela dirinya sendiri.
Merekapun kembali ke kelas. Lalu sewaktu buka pintu,
"Happy birthday Najwa ... Happy birthday Najwa ... Happy birthday, happy birthday, happy birthday Najwa ..." Mereka bernyanyi sambil tertawa-tawa dengan wajah tanpa berdosa.
Walaupun mereka hanya bercanda, tetapi pikiran dan hatinya tidak bisa menerimanya, semua perkataan mereka dan guru-gurunya saat itu sangat membekas di dalam hati. Akhirnya dia tak konsentrasi belajar.
Jam pulang sekolah tiba, ayahnya sudah menunggu di parkiran menjemputnya.
Sesampainya di rumah aku tanya, "Kenapa Neng mukanya kusut? ngga dikerjain teman-temanmu kan?"
"Ngga kok bu, aku masuk ke kamar dulu mau istirahat," jawabnya pelan.
Semenjak kejutan itu, dia jadi sering melamun, konsentrasi belajarnya terganggu, menjadi pemurung tak seceria dulu lagi. Sering kepergok menangis bila dia sendirian di kamar.
Akhirnya tiga hari semenjak kejadian itu, dia masuk rumah sakit akibat tidak mau makan, karena memang tak ada nafsu makan katanya. Dia juga seperti orang linglung belakangan ini, tak tahu harus melakukan apa. Bila diajak bicara sering tidak nyambung.
Najwa dirawat selama 14 hari karena pendarahan di lambungnya, dan infeksi jaringan otak. Dokter bilang dia mengidap peradangan saraf yang menyebabkan depresi. Sebelumnya dia sehat-sehat saja tidak punya riwayat penyakit yang berat.
Kondisinya terus menurun tiap harinya bahkan semakin parah, akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya dengan membawa kenangan kejutan ulang tahun terakhirnya itu.