Seumur Hidup Itu Terlalu Lama Jika Harus Hidup Dengan Orang Yang Salah.

Dulu aku sangat menyayangkan keputusan ibu untuk berpisah dengan ayah hanya karena masalah yang sangat sepele menurutku saat itu. Kebiasaan ayah yang memupuk pakaian kotor pada kursi, kebiasaan ayah yang masuk ke dalam rumah saat ibu mengepel, atau kebiasaan ayah yang kurang perhatian saat ibu sedang sakit atau kebiasaan ayah yang tidak pernah peduli sama ibu. Kecuali saat ibu sudah berada di atas ranjang dan tidak bisa melakukan apapun. Barulah ayah aku menanyakan keadaan ibu, kadang juga tidak, karena ayah tau ibu bisa mengurus dirinya sendiri.

"Bu, kenapa ibu harus mengakhiri pernikahan ibu di usia yang sudah cukup lama ayah dan ibu bersama. Dan hal yang aku sayangkan adalah bahtera itu harus berakhir hanya karena masalah kecil," tanyaku pada ibu.

Ibu melemparkan senyuman kecil padaku. Lalu mengusap pucuk keningku. "Maafkan ibu, ibu sudah berusaha tapi ibu gagal. Ibu hanyalah manusia biasa, yang berhak bahagia. Ibu lebih menyanyangi diri ibu dari pada ayahmu. Karena seumur hidup itu terlalu lama jika harus hidup dengan orang yang salah," jawab ibu.

Seorang lelaki muncul dari balik pintu kamar yang terbuka. Membawa baki berisi bubur dan teh jahe untuk ibu yang sedang tidak enak badan.

"Bagaimana, apakah masih ada yang sakit?" tanya lelaki itu pada ibu penuh kasih sayang. Uban yang menghiasi rambutnya tak menyurutkan gelora cintanya pada ibu. Membuatku merasa iri dengan cinta ibu dan ayah sambungku.

"Sudahlah, aku baik-baik saja. Ini hanya sakit biasa kok!" ucap ibu menyungingkan senyuman kecil menatap hangat pada lelaki itu.

Lelaki dengan uban itu menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang. Tanpa diperintah ia memijat kaki ibu penuh kasih sayang. "Maafkan aku, aku belum bisa membahagiakan kamu. Kamu masih harus bersusah payah mengurusi rumah, mengurusiku dan anak-anak, Maafkan aku sayang!" tuturnya membuatku haru. Terpancar kasih sayang yang teramat dalam dari kedua sorot matanya. Tidak seperti saat ibu bersama ayahku, dia harus menahan lelah sendiri dengan beban pekerjaan rumah dan beban pekerjaan membantu ayah mencari nafkah. Tanpa berani' mengeluh sedikitpun pada ayah.

"Sudahlah, aku hanya sedikit kelelahan. Aku baik-baik saja!" Ibu menarik kakinya dari pijatan lelaki itu.

Lelaki yang terdiam dengan senyum kecil itu mendengus halus. "Baiklah, aku akan melanjutkan pekerjaan rumah, setelah itu aku akan menemanimu lagi," tuturnya tersenyum hangat pada ibu. "Tolong jaga ibumu sebentar ya, ayah mau menyelesaikan pekerjaan dulu," ucapnya padaku.
"Ba-baik ayah!" sahutku tergeragap. Aku masih merasa takjub dengan sikap lelaki yang menghilang di balik pintu kamar.

Kini aku yang berganti memijat kaki ibu. Sesekali aku melirik pada wajahnya yang penuh binar. Tidak seperti dulu saat ibu hidup bersama ayah kandungku. Ibu hanya menyimpan lelahnya sendiri tanpa berani mengeluh, karena mengeluh pada ayah adalah sesuatu hal yang percuma, hanya menimbulkan pertengkaran yang membuat ibu semakin lelah dengan pernikahan yang mereka jalani.

"Ibu memang sudah tua, harusnya ibu memang tidak melakukan hal itu. Tapi seumur hidup terlalu lama jika ibu harus hidup dengan orang yang salah. Ibu ingin, jika ibu tua nanti ibu bisa hidup bersama lelaki sabar dan penyayang. Karena ibu yakin, saat ibu tua, tubuh ibu tidak akan kuat seperti saat masih muda. Bukan ibu sudah tidak mencintai, hanya ibu sudah lelah untuk mencintai. Jika dengan hal kecil saja ayahmu tidak bisa menghargai lalu dengan apa ibu harus mencintainya."

Deg!
Jantungku bergemuruh. Pilihan ibu yang aku pikir salah justru memiliki jawaban yang membuatku tertegun. Akhirnya aku sadar bahwa pernikahan tidak hanya tentang cinta, bukan pula tentang harta. Tapi pernikahan lebih dari saling mengasihi dan menjaga. Menjaga kepercayaan dan cinta.

Terkadang seseorang takut untuk melepaskan sesuatu yang tidak pantas untuknya dan memilih bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat. Padahal Tuhan sedang menggantikan sesuatu itu dengan yang lebih baik.

Menikahlah dengan orang yang membuatmu nyaman. Menerima apapun kekuranganmu. Pasang yang bisa menjadi teman, kekasih, dan partner hidup dunia hingga Jannah.

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama