Anak yang tak di inginkan

 Kisah Hidupku

Berdasarkan kisah nyata seorang sahabat

Anak yang tak di inginkan

30 tahun yang lalu aku dilahirkan, tepatnya 24 Februari 1990 di puskesmas daerah Jakarta Utara. Aku anak ke 2 dari 4 bersaudara. 

Ibuku melahirkanku sekitar jam 7 pagi ditemani oleh keponakan ibuku. Pada saat itu bapakku sedang ada pekerjaan di luar kota selama setahun. Ketika aku lahir keponakan ibuku memberitahu bapakku lewat telepon kalau ibuku sudah melahirkan seorang bayi laki laki. Bak di sambar petir di siang bolong ponakan ibuku sangat terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh bapakku, ia berkata "anak itu bukan anak saya, karena selama ini saya jauh dari dia (ibuku), pulang kerumah pun hanya sekali sewaktu pertengahan tahun mungkin itu anak hasil dari selingkuhannya (ibuku)", suruh dia (ibuku) pilih saya atau bayi itu". Lalu keponakan ibuku langsung menutup teleponnya karena terkejut dan tidak bisa berkata kata lagi. 

Kemudian mpok Jum (keponakan ibuku) menyampaikan apa yang bapakku katakan. Reaksinya pun sama seperti yang mpok Jum perkirakan, ibuku sangat kecewa dan pastinya sedih mendengar jawaban yg dilontarkan oleh bapakku di telepon. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana rasa sakitnya ibuku melahirkanku ditambah ucapan bapakku yang menambah luka psikisnya. 

POSTINGAN POPULER:

Keesokan harinya nenekku datang menjenguk ibuku di puskesmas, ibuku menceritakan semua apa yang diucapkan oleh bapakku, dan reaksi nenek pun sama seperti yang lainnya yaitu sangat amat kecewa dan sedih, campur aduk rasanya. 

Lalu nenekku berdiskusi dengan kakak ibuku untuk mengurus anak yang baru saja dilahirkan ibuku sambil meneteskan air matanya. Kebetulan juga kakak ibuku tidak punya anak laki laki, dan anak kandungnya sudah besar besar, dan ia menyetujuinya untuk mengurus Aku si bayi laki laki yang tak di anggap oleh bapaknya. 

Dan mulai hari itu juga aku adalah anak dari Uwa Euis (kakak ibuku).

Beberapa minggu kemudian bapakku pulang kerumah dan mengajak ibuku untuk pindah rumah di daerah Jakarta Barat.

3 bulan berlalu tak terasa aku di asuh oleh Uwa Euis (kakak ibuku), mama baruku dan kedua anaknya Dina dan Dini sangat senang dengan kehadiranku di tengah keluarga kecil ini, bagaimana mereka tidak senang , aku hadir di saat keluarga ini sudah kehilangan 3 putra nya yang meninggal di saat masih kecil karena sakit. Hari-hari pun berlalu sesekali nenek ku datang untuk melihat aku dan bermain bersama ku, maklum...nenekku ini di tahun 90an masih kuat dan ia berjualan ikan di pasar seorang diri tak ada yang membantu. Rumah nenekku dan mamaku (Uwa Euis) juga tidak jauh hanya beberapa kilometer saja. Rumah nenekku juga ramai sering kali aku di bawa untuk di ajak menginap di rumah yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk tempat tinggal nenekku dan anak anak nya serta cucunya (nenekku ini sejak tahun 1970 sudah di tinggal suaminya karena penyakit di saluran pernapasan). Di rumah itu juga banyak sepupu ku yang turut serta menjaga aku saat aku berada di rumah nenek.

Sampai suatu hari ketika aku di gendong Mpok Jum (keponakan ibuku) tiba tiba tubuhku panas demam tinggi, lalu mamaku (Uwa Euis) membawaku ke puskesmas untuk berobat, tetapi obat yg di berikan tidak juga membuat demamku turun, sudah 3 hari sejak aku berobat tidak ada tanda tanda untuk kesembuhanku. 

Hari berganti hari suhu tubuhku tetap panas. Mamaku (Uwa Euis) mengobatiku dengan obat obatan herbal, karena obat dari puskesmas sudah tidak ampuh untukku. Di kala malam datang aku selalu menangis sampai tiba waktu fajar, entah sakit apa yang ada di dalam tubuhku ini, terkadang mamaku sudah merasa lelah sesekali papah angkatku menggendongku, tetapi tetap saja aku selalu menangis di kala malam datang... "Ya Allah apa yg harus saya lakukan ada apa dengan anak ini apakah saya tidak pantas untuk memiliki anak laki laki?" seraya dalam hati mamaku berkata sambil menatap ke arah papaku dan aku yang menangis.

Tak terasa sudah seminggu demam di tubuhku tidak turun juga, mungkin ini adalah penyakit panas atau demam yang beda pada umumnya. Sampai keluargaku yang lainnya mengetahui keadaan aku saat itu. Akhirnya mamaku merasa putus asa tak kuasa lagi melihat aku selalu menangis dan merasa kesakitan di setiap malam tiba. 

"Mak... Euis nitip Faris ya? bukannya Euis ga mau ngurusin tapi Euis takut si Faris nggak ada umur kalo masih berada di dekat Euis dan papah nya, Euis takut terjadi lagi seperti adiknya Dina semua pergi ninggalin Euis.. tapi Euis janji bakal tanggung jawab semua kebutuhan si Faris, Euis bakal adain, tapi tolong rawat Faris ya Mak.. nanti juga Faris kalau udah besar balik lagi ke Euis, tolong ya Mak?" pinta mamaku ke nenekku sambil meneteskan air mata. 

Seketika kakakku Dina pun turut dalam kesedihan, dia dan aku beda 11 tahun jadi sudah mengerti apa yang terjadi saat itu. "Mah kenapa kok Faris di kasih ke nenek?" Tanya Dina. "Nggak apa apa yah Na..biar nenek aja yang rawat, kalau mamah yang rawat, mamah takut Faris bernasib sama seperti 3 adik lelakimu" mama menjawab. 

Terlepas itu semua, alangkah bahagianya nenekku di berikan tanggung jawab untuk merawat aku, sampai nenekku berhenti untuk berjualan di pasar. Begitu pun aku setelah di rawat nenekku seketika penyakit panas yang ada di tubuhku seketika sembuh dengan sendirinya, entah penyakit apa yang ada di tubuhku saat itu.

POSTINGAN POPULER:

Hari hari berlalu semenjak aku demam tinggi, Alhamdulillah aku di rumah nenekku tidak pernah merasakan demam seperti itu lagi.  Justru sebaliknya banyak tawa, canda di rumah nenekku karena kehadiranku, wajar saja aku ini cucu yang paling kecil di antara sepupuku yang lain, jadi mereka sangat menyayangiku.  

Nenekku mempunyai anak 5, ibu kandungku anak ke 4, mamah angkat ku anak ke 2, anak pertama nenekku tidak tinggal di rumah, ia ikut suaminya tinggal di luar pulau, tetapi anaknya yang bernama Njum tinggal bersama aku dan nenekku, yaa sepupuku ini yang paling setia merawat aku disamping membantu nenekku.

di rumah ini juga ada 2 lelaki anak dari nenekku, adiknya ibu yang super bandel bernama Alen, dan satu lagi kakak ibuku, perilakunya maaf agak sedikit seperti perempuan, seperti cara bicara dan gayanya. Ini adalah sebagai pengantar di episode kali ini karena jalan ceritaku ini akan ku tuangkan sampai saat sekarang ini.

Tahun 1991 bulan feb tepatnya aku berumur 1 tahun, aku berulang tahun, tak disangka aku mendapatkan "kado" istimewa, ibuku dan kakakku datang membawa tas besar, entah niat apa yang ada di pikiran ibuku, ternyata benar ibuku yang setahun lalu dia memutuskan pergi kini datang lagi untuk tinggal dirumah nenekku, tetapi alangkah terkejutnya nenekku melihat ibuku yang perutnya sedang membesar (hamil).

 "Assalamualaikum Mak..." ibuku datang, "Waalaikum salam... oouh kamu nung (nama panggilan ibuku)". Dengan curiga nenekku sudah menebak apa maksud kedatangan ibuku itu. "Maak Nung tinggal disini yah?" pinta ibuku.

"Memang kenapa ga disana saja, kan dekat dengan rumah mertuamu?" sahut nenekku. "Disini aja ya Mak.. sampe Nung lahiran adiknya si Faris" jawab ibuku sambil memelas. "Lho kemana si Tiko (nama bapakku) masih di luar kota?" Tanya nenekku. "iyah mak... mas Tiko baru kemarin berangkat Mak, tapi cuma 6 bulan mas Tiko disana" sahut ibuku. "Nung.. Nung kamu bagaimana sih? si Faris udah di buang mau di kasih orang lain untung di rawat kakakmu, kamu bukannya jangan punya anak dulu, ini malah datang datang mau lahiran, hidupmu kok selalu ngerepotin Mak mu terus?" ucap nenekku dengan nada tinggi.

"Maaf Mak.. habis Nung bingung Mak mau kemana, karena mas Tiko masih di luar kota, takutnya nanti Nung melahirkan nggak ada yang nemenin" jawab ibuku sambil menangis.

Ya sudahlah tinggal saja semaumu, tempati lagi kamar samping yang menjadi hak kamu dari bapakmu (warisan). Nenekku tak tega melihat ibuku dan kakakku. 

Tak pernah terpikirkan sekarang aku tinggal seatap dengan ibu kandungku, tapi dia hanya sibuk dengan kakakku dan tak pernah melirik aku sedikitpun, entah doktrin apa yang sudah di berikan bapakku sehingga ibuku bisa seperti itu kepadaku.

1 bulan kemudian akhirnya bapakku datang dari luar kota membawa oleh oleh dan persiapan untuk kebutuhan kelahiran adikku. Segalanya di persiapkan, berbeda dengan aku yang sejak lahir tidak ada persiapan apapun bahkan tak dianggap sedikitpun.  

2 bulan tak terasa akhirnya ibuku melahirkan adikku, dia di perlakukan bagai ratu oleh bapakku. Wajar saja adikku sangat di nanti nantikan kehadirannya karena dia perempuan. Bapakku sangat bahagia dengan kelahiran adikku, dia di gendong di azankan, di kuburkan ari ari nya dan di jemput untuk pulang kerumah nenekku. Sunguh keadaan ini berbanding terbalik ketika aku di lahirkan, jangankan untuk menggendong dan meng azankan, melihat aku sepertinya bapakku tak sudi. Sungguh sedih nenekku teringat kembali di saat aku dilahirkan. 

Nenekku hanya bisa bersabar dengan apa yg terjadi saat ini. Baginya melihat aku tersenyum itu sudah menjadikan kekuatan untuk menjalani semua ini...

Entah kebetulan atau memang beliau sengaja datang ke mimpi ku untuk melarang aku melanjutkan kisah hidupku.

Kemarin ketika aku selesai menulis ceritaku yang episode 2, nenekku datang ke mimpiku seolah beliau mengisyaratkan agar aku tidak meneruskan kisah hidupku ini, nenekku datang melambaikan tangan nya tanpa berkata sedikit pun.

Keesokan harinya aku tetap melanjutkan menulis kisah hidupku yang episode 3, dan lagi-lagi aku bermimpi, kali ini aku kedatangan lelaki tua memakai baju koko warna putih lengkap dengan peci nya. Kulitnya bersih berjanggut mirip sekali dengan kakak ibuku anak pertama nenekku, "apakah ini Abah ku yang datang?" (gumamku). Jujur aku belum pernah melihat Abah/kakekku karena beliau pergi disaat ibuku masih kecil. Beliau datang sambil memegang kepalaku, jarinya menempel di keningku sambil matanya menatapku, tetapi dia sedikitpun tidak berkata.

Dengan 2 mimpi yang menurutku aneh ini, mungkin beliau tidak setuju aku menuangkan jalan kisah hidupku ini, karena mungkin nenekku lebih tau pahitnya hidupku yang akan aku ceritakan. 

Memang perjalanan hidupku pahit sampai nenekku meninggal di tahun 2009 lalu, banyak yang ingin aku ceritakan di kisah hidupku ini, tapi mohon maaf aku tidak bisa menuangkan semua nya, karena aku yakin nenekku datang ke mimpiku  dan lelaki tua yang aku yakini dia Abah ku melarang aku menceritakan semua di kisah hidupku ini.

Sekarang saat ini aku sudah hidup bahagia dengan istriku dan 2 anakku, mungkin kisah diriku di masa lalu akan selalu aku kenang di dalam hatiku saja sampai aku tak bisa lagi menyimpannya.... 

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama