Perkenalkan namaku Juno, aku berumur dua puluh lima tahun, seumur-umur aku nggak pernah yang namanya on*n* apa lagi berhubungan badan. Walaupun aku gonta-ganti pacar, tapi aku sangat menjaga sekali keperjakaan aku ini, aku berharap kelak hanya istriku yang bisa atau menikmati keperjakaan aku yang berharga ini.
Selama aku pacaran udah berapa wanita ingin menjebakku dan ingin mengambil keperjakaan aku ini, tapi usaha mereka semua sia-sia, temengku lebih kuat dari usaha mereka.
Pada suatu malam aku jalan sama wanita yang bernama Dinda, setelah aku jalan sama Dinda, akupun mengantarkan Dinda kerumahnya, setiba dirumahnya Dinda, Dinda pun mengajakku buat singgah sebentar.
Entah kenapa, aku mau aja mengikuti ajakan Dinda malam itu.
"Jun, ngopi dulu yuk" ujar Dinda.
"Udah malam nih, Nda.. kapan-kapan aja ya" ucapku menolak.
"Bentar kok, Jun"
"Kayaknya aku nggak bisa, Nda"
"Please.. kali ini aja kok, Juno" Dinda terus membujukku.
"Iya deh" ujarku menerima ajakan Dinda, walaupun dalam keadaan terpaksa.
Dan akupun masuk kedalam rumah Dinda. Setiba didalam rumah Dinda, aku melihat nggak ada kehidupan.
"Kok sepi, Nda... Emang orang dirumahmu pada kemana?"
"Ayah dan ibuku keluar kota, Jun.. katanya ada keperluan gitu"
"Jadi kamu dirumah sama siapa?"
"Sendiri" ucap Dinda dengan senyum genitnya.
Melihat senyum genit Dinda, perasaanku menjadi tidak enak, instingku berkata kayaknya Dinda ingin merebut keperjakaan ku dan akupun memutuskan buat pulang.
"Nda, aku pulang dulu, ya"
"Kok pulang, Jun?"
"Aku lupa, Nda.. ternyata aku ada keperluan sama Doni, ada yang mau aku omongin sama doni, ntar dia keburu tidur lagi" alasan aku sama Dinda.
" Minum kopi dulu napa, Jun.. bentar kok"
"Ya udah, siapa minum kopi aku langsung pulang,ya"
"Iya..!" Ucap Dinda singkat dan lembut.
Dinda pun langsung ke dapur buatkan kopi untukku, sepuluh menit berselang Dindapun membawa kan aku segelas kopi, tanpa pikir panjang akupun langsung meneguk kopi berkali-kali, berhubungan aku ingin pulang cepat. Entah kenapa setelah kopi tinggal setengah gelas, tiba-tiba tubuhku panas dingin, hasrat ku memuncak dan buyung pun tegak berdiri dengan kekar, sekalipun datang angin tornado, sibuyung akan terus berdiri dengan kokoh.
Aku tak tau, entah apa yang dimasukkan sama Dinda kedalam kopi ku sehingga hasrat ingin bercinta ku memuncak kayak gini, nggak seperti biasanya aku bisa menahan ini semua, walaupun ribuan godaan yang datang, aku tak pernah goyah. Tapi saat ini keadaannya sangat berbeda, aku sangat ingin dan ingin sekali bercinta.
Tiba-tiba Dinda mendekati dan memeluk tubuhku yang suci ini, hasrat ini semakin meronta, tapi batinku menolak, tapi semua sia-sia, semakin aku menahan, semakin itu pula hasrat ku meronta, begitupun dengan Buyungku yang ingin mengoyak-ngoyak sempak dan celanaku.
Dinda semakin liar kepadaku, akupun semakin menggila dan akhirnya yang aku takutkan terjadi, keperjakaan ku direnggut Dinda, Karena kami kecapean kamipun tertidur.
Pagi menghampiri, aku pun terbangun dari lelapku, tiba-tiba aku udah dikamar Dinda, ku lihat tubuhku tak ada sehelaipun kain yang menutupi,aku menangis dan tak henti-hentinya aku menangis disudut kamar sambil meletakkan daguku dilututku, tiba-tiba Dinda terbangun dan mendekatiku, menenangkan ku sembari memegang pundak ku.
"Maafkan aku ya, Juno" ucap Dinda lembut dan merasa bersalah.
"Kok bisa-bisanya kamu melakukan ini kepadaku, Dinda.. nggak nyangka aku kamu setengah ini, kepadaku"
"Aku nggak ada maksud gitu, Jun"
"Diam kamu Dinda, lepaskan tanganmu, tegah kamu, tegah.." sembari Dinda melepaskan tangannya di pundak ku.
"Maaf"
"Diam kamu, tiada maaf bagimu, Dinda" ucapku memotong pembicaraan Dinda. "Kamu udah mengambil keperjakaanku" ucapku lagi dengan perasaan kecewa sembari menangis terisak-isak.
"Jun dengarkan dulu omonganku"
"Diam kataku, kamu tau nggak gimana aku mempertahan selama ini keperjakaan ku, tapi semua sia-sia gara-gara kamu, aku nggak akan pernah ngelupain apa yang telah kamu lakukan kepada ku, Dinda.. coba saja aku nggak menghiraukan ajakanmu, mungkin semua ini nggak akan terjadi" ucapku keras sama Dinda.
"Iya aku tau.. sekali lagi maafkan aku, Jun" ucap Dinda dengan wajah rasa bersalahnya
Akupun langsung berdiri dan memakai pakaian sembari meninggal kan Dinda dengan rasa kecewaku tanpa menghiraukan omongan Dinda.
Timit
Ttd. Nando Iswan Putra