Cerpen "Perbanyaklah Bersyukur"

Di rumah inilah aku dibesarkan. Rumah berukuran 7×10 meter², terletak di pinggir jalan raya utama Solo--Tawangmangu. Dari rumah bercat biru ini aku belajar kesederhanaan, keprihatinan, dan tidak mengeluh atas kekurangan orang tua. Ada makanan dimakan, tidak ada makanan, ya, ditahan laparnya. Simpel saja, tidak usah merajuk tidak usah mengeluh. Jalani saja, jangan sampai membuat Ibu sakit-sakitan karena ulah anak yang pengin hidup seperti orang lain, dan seolah-olah menyesal lahir di keluarga yang serba kekurangan. 


Hiduplah sesuai kemampuan bukan sesuai keinginan. Kalau sudah benar-benar mampu barulah disesuaikan dengan keinginan. Ketika belum mampu karena keinginan yang di luar batas kemampuan pada akhirnya menjadikan kita menjadi pemalas, malas memulai dengan yang sederhana.


Dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu misalnya; mempunyai uang cukup untuk membeli motor butut seken, berhubung penginnya motor baru akhirnya kredit di dealer. Jatuhnya riba. Otomatis akan terbebani dengan yang namanya angsuran. Jika tidak kerja runyamlah sudah ... makan saja susah bagaimana mau mengangsurnya nanti? Mau pakai apa?


Orang yang menjalani hidup sesuai keinginan tanpa diimbangi dengan kemampuan hanya akan menyusahkan diri sendiri. Bahkan orang-orang di sekitarnya, terkhusus family dan teman-temannya pun bisa terkena imbasnya.


Kalau bisanya makan lauk tempe, ya, jangan maksa lauk ayam. Kalau bisanya ngekos, ya, jangan maksa KPR kredit perumahan atau utang belasan sampai ratusan juta supaya bisa mempunyai rumah.


Kalau bisanya membeli motor bekas, ya, jangan maksa kredit motor baru. Kalau bisanya membeli ponsel jadul, ya, jangan maksa membeli ponsel bagus. Kalau tidak mampu, ya, jangan dipaksakan. Sampai-sampai untuk kebutuhan makan saja tidak ada karena sudah habis untuk memuaskan keinginannya.


Jangan mau dikuasai hawa nafsu yang tidak ada habisnya. Karena anak-anak yang masih kecil, anak-anak yang masih labil pasti akan meniru kebiasaan orang tuanya. Bahkan sampai anak-anak dewasa juga dibawa dan dipraktekkan dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Pandai-pandailah bersyukur supaya nikmat hidup ini. Tidak ada kata apes atau sial di dalam islam, yang ada hidup penuh ujian dan cobaan. Yang paling penting tetaplah di dalam keimanan..


Note: Jangan jadikan kekurangan sebagai sebuah kesusahan, tapi jadikan kekurangan sebagai pembelajaran untuk lebih banyak syukurnya bukan keluhannya. Jangan jadikan kekurangan sebagai sebuah kesusahan karena hanya akan membuat hidup tidak nikmat. Tidak bisa menikmati hidup jika terus-terusan mengeluh.Lebih baik hidup apa adanya, tapi tidak mempunyai hutang.

Diberi kenikmatan sehat, kelonggaran waktu serta nikmat hidayah adalah sak pol-polnya nikmat.


By Maymey 

Kra354

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama