Cerpen "NGASAK" cerpen bikin terharu dan menangis

"Si Mbah mau ngasak di sawah Mbah Kaji Le, kamu ikut ndak," ujar Si Mbah sambil  menyandang dunak di punggungnya. Sementara tangan kanannya membawa sabit.


"Ikut Mbah, tunggu sebentar nggeh, Ndaru ambil karung dulu." 


Aku mengambil karung goni yang terselip di belakang pintu.


Kami beriringan menapaki pematang sawah yang kiri kanannya menyisakan batang-batang padi sisa di panen kemarin. Ya, kemarin aku juga ikut Si Mbah membantunya panen padi di sawah Mbah Kaji. Dan hari ini, tibalah untuk ngasak. Yaitu mengais sisa-sisa panen.


Biasanya kami mendapatkan hasil yang lumayan dari ngasak, walaupun tak sebanyak upah memanen.


Matahari yang perkasa dengan sinarnya, tak menyurutkan semangat kami. Untung daerah kami adalah dataran tinggi, sehingga secerah apapun matahari bersinar, masih ada hawa sejuk dan angin yang semilir yang menemani kami para petani desa Mojotandur.


"Le, sudah penuh dunak Si Mbah, ayo pulang mumpung kabut belum turun."


"Nggeh Mbah."


Karung goni itu hanya setengah yang terisi. Lantas ku naikkan di atas kepalaku kemudian dengan enteng aku nyunggi karung goni itu.


Pelan dan hati-hati kami menapaki pematang sawah. Sesekali kaki kami yang telanjang tanpa sendal itu, harus mencengkeram kuat tanah licin yang kami lewati agar tak tergelincir.


***


Malam yang dingin, Si Mbah membakar singkong di  atas tungku kayu. Aku duduk di sebelahnya. Sesekali kutiup kayu-kayu itu agar apinya tak padam.


" Mbah, sekolah itu gimana rasanya Mbah," tanyaku kepada Si Mbah. 


Pertanyaan yang sama, yang selalu kuulang dan tak pernah bosan. Walau aku tahu pasti, apa jawaban Si Mbah.


" Wong ndak usah sekolah juga kita bisa makan to Le," jawab Si Mbah sambil mengelus rambutku.


" Ndaru pengen seperti anak-anak lainnya Mbah, pagi berangkat sekolah. Pakai seragam yang bagus, pakai sepatu, tas di pundak. Hebat mesti ya Mbah anak-anak itu."


"Le, Ligar Handaru, cah bagus, andai saja kamu punya akta kelahiran, pasti Si Mbah bisa nyekolahkan kamu. Walaupun cuma tamat SD biar ndak buta huruf kayak Si Mbah."


Akta kelahiran selalu menjadi penghalang utama untuk mendaftar sekolah, kata Si Mbah.

Kenapa aku tak punya akta kelahiran, sementara orang lain punya?


" Pak Carik ndak mau ngasih akta kelahiran sebab ibumu dulu melahirkanmu tanpa ada suami," jelas Si Mbah.


" Kalau begitu, besok Ndaru mau pergi cari dia Mbah."


" Mau kamu cari kemana dia Le?"


Aku terdiam. Andai Ibu masih ada, akan kutanya dia, dimana ayahku.


" Ibumu ndak pernah memberi tahu Si Mbah, siapa laki-laki yang telah menanamkan benih di rahimnya. Rahasia ibumu di bawanya sampai menghembuskan nafas terakhir ketika melahirkanmu."


Kupeluk lututku untuk mengusir dingin yang semakin menggigit. 


" Wes Le, ndak usah takut ndak bisa sekolah, yang penting kita masih bisa makan. Sudah malam, ayo tidur. Besok kita ngasak lagi di kebun kentang punya Nyah Laras."


Kucukupkan kebahagiaanku dengan cara ngasak sisa panen bersama Si Mbah.


Bintang, kutitipkan cita-citaku pada sinarmu yang lembut.

Suatu hari akan ku raih dengan asaku.

BAWANG KAMPONG

Assalamu'alaikum? Nama saya adalah Muhammad Nasir, umur 30 dan saya kelahiran kota langsa, aceh

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama